Rabu 16 Sep 2015 19:47 WIB

Perlambatan Ekonomi ‘Ganggu’ Pengentasan Kemiskinan di Semarang

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bupati Semarang Mundjirin (kiri) dan wakilnya Ngesti Nugraha
Foto: Antara/ Prasetia Fauzani
Bupati Semarang Mundjirin (kiri) dan wakilnya Ngesti Nugraha

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Kondisi perekonomian nasional yang tak tak menentu diakui masih ‘mengganggu’ upaya pemerintah daerah dalam menuntaskan program pengentasan kemiskinan.

 

Bupati Semarang, dr H Mundjirin ES SpOG mengatakan, pada awal kepemimpinannya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang mengusung target dapat menurunkan angka kemiskinan yang masih berkisar 10,7 persen jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 949.815 jiwa.

 

Program pengentasan kemiskinan hingga tahun kelima kepemimpinannya telah dapat ditekan hingga kurang dari 8 persen, sampai dengan semester awal tahun 2015. “Tepatnya tujuh koma sekian, tapi tidak sampai menyentuh angka 8 persen,” ujar bupati saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, Rabu (16/9).  

 

Yang menjadi pertanyaan, lanjut Mundjirin, apakah hingga akhir tahun 2015 ini angka kemiskinan di Kabupaten Semarang bakal terus menurun, pihaknya belum dapat memastikan.

 

Namun dilihat dari parameter tertentu tingkat kemampuan masyarakat di dearahnya menunjukkan indikasi yang positif. Ia mencontohkan adanya hajat merti dusun.

 

Sekarang ini, acara merti dusun –yang hanya terdiri dari dua RT-- mampu mendatangkan dalang yang ‘tarif ‘ manggungnya terbilang mahal. “Padahal warga dusun yang hanya dua RT tersebut hanya berapa kepala keluarga (KK) dan umumnya untuk hajat ini mereka iuran,” jelasnya.

 

Hal ini, tambah bupati, secara sederhana dapat diartikan kondisi kemampuan masyarakat sekarang ini mampu. Buat makan ada dan uang buat nanggap wayang juga punya.

 

Hajat seperti ini tak hanya dilakukan di satu atau dua dusun saja, namun di banyak dusun. Umumnya mereka membiayai hajat merti dusun ini dengan uang sendiri tanpa sponsor.

 

Kendati begitu, Mundjirin tak memungkiri telah mematok target menurunkan angka kemiskinan --pada tahun ini-- menjadi kisaran 7,5 persen.

 

Tahun 2014 pihaknya optimis karena angka pertumbuhan ekonomi mampu menyentuh angka di atas 6 persen. Namun pesimisme muncul lagi di tahun 2015 ini setelah pertumbuhan ekonomi kembali anjlok di angka 5 persen.

 

Melemahnya perekonomian nasional juga berdampak pada kemampuan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga barang kebutuhan tertentu. Namun ia menegaskan secara umum angka kemiskinan di Kabupaten Semarang ini sudah menurun. “Harapan kami memang tidak bertambah lagi warga miskin ini,” kata Mundjirin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement