Jumat 11 Sep 2015 09:01 WIB

Pakar: Zaman SBY Lautan Tenang, Mimpin Kapalnya Enak

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Hazliansyah
Presiden RI Ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono di sambut mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) saat kedatangannya untuk memberikan kuliah umum bertajuk 'Pendidikan Kedamaian Untuk Memperkokoh Jati Diri Bangsa' di Gedung Gymnasium, Universitas Pendid
Foto: Republika/Edi Yusuf
Presiden RI Ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono di sambut mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) saat kedatangannya untuk memberikan kuliah umum bertajuk 'Pendidikan Kedamaian Untuk Memperkokoh Jati Diri Bangsa' di Gedung Gymnasium, Universitas Pendid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk mengatakan, kurang tepat jika Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) berupaya menaikkan pamor politik partainya dengan mengklaim rakyat ingin SBY kembali. Ia seolah membandingkan perekonomian di era SBY jauh lebih baik daripada di era Jokowi.

"Zaman SBY dulu dolar tak setinggi ini, selain itu Cina juga tak melakukan devaluasi Yuan. Ibas lupa kondisi eksternal yang mempengaruhi ekonomi saat ini, apakah kalau SBY menghadapi ini semua, ia sanggup menahan gempuran ini," katanya, Jumat, (11/9).

Hamdi mengibaratkan di era kepemimpinan SBY sebagai lautan yang relatif tenang, sehingga untuk menakhodai sebuah kapal cenderung lebih nyaman.

"Zaman Jokowi lautan penuh gelombang dan badai, nakhodanya harus benar-benar hebat," kata dia.

Karena itu ia menyebut dua kondisi tersebut tidak bisa dibandingkan.

"Namun sah-sah saja kalau Ibas mencoba membangun pamor politiknya dari hal itu, siapa tahu rakyat setuju dengan pendapatnya," kata dia.

Namun ia menilai cara Ibas menaikkan pamor politik Demokrat kurang kreatif. Menurutnya ia meniru cara-cara yang dilakukan Orde Baru dengan slogannya 'Enak Jamanku Tho'.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement