Rabu 09 Sep 2015 07:30 WIB

Tantowi: Wacana Kocok Ulang Pimpinan DPR Politis

Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya.
Foto: Antara
Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tantowi Yahya menilai wacana kocok ulang Alat Kelengkapan Dewan DPR RI bernuansa politis terkait dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan Pimpinan DPR RI.

"Pada awalnya saya merasa hal itu asli dalam rangka mengorekai pimpinan DPR RI yang diduga melakukan tindakan tidak patut namun makin lama terasa nuansa politiknya," katanya di Gedung Nusantara II, Jakarta, Selasa (8/9).

Hal itu menurut dia, terutama setelah terbuka identitas dari orang yang mengangkat informasi di media sosial itu yaitu tim sukses dari calon presiden tertentu pada Pemilu Presiden 2014. Dia menilai dalam konteks itu, menjadi relevan mengapa isu itu digulirkan dan disambut meriah di media.

"Masyarkat Indonesia sudah sangat cerdas apakah isu yang terus bergulir itu untuk mengoreksi tindakan dari pimpinan atau ada niat-niat tertentu atau ada kelompok yang sengaja mencari keuntungan politik," ujarnya.

Ketua DPP Partai Golkar hasil Munas Bali itu mempersilahkan apabila ada anggota DPR yang melaporkan dugaan pelanggaran kode etik itu ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI. Menurut dia, MKD akan menentukan berdasarkan Tata Tertib DPR apakah para pimpinan DPR itu melanggar atau tidak.

"Hakim-hakim MKD akan menentukan berdasarkan Tatib DPR RI, apakah benar yang dilakukan Pimpinan DPR melanggar Tatib atau tidak sebagaimana yang sudah kita ketahui dan sepakati bersama," katanya.

Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal PKB, Daniel Johan mengusulkan adanya kocok ulang pimpinan DPR RI melalui mekanisme revisi Undang-Undang nomor 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Dia menjelaskan kocok ulang itu bukan terkait dengan dugaan pelanggaran kode etik dua pimpinan DPR RI yaitu Setya Novanto dan Fadli Zon namun karena mengikuti sistem proporsional hasil pemilu. Menurut dia, sistem proporsional bagi skema pimpinan DPR RI penting dilakukan untuk menjaga stabilitas pemerintahan ke depan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement