REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) meragukan kinerja Budi Waseso di Badan Narkotika Nasional (BNN). Seperti diketahui, usai mutasi dari jabatannya sebagai Kabareskrim kini Buwas menduduki posisi kepala BNN.
"Saya kasihan agenda pemberantasan narkoba jadi repot di tangan orang seperti dia," ucap Koordinator Kontras Haris Azhar kepada Republika.co.id, belum lama ini.
Haris sanksi apakah ketika pindah ke BNN, Buwas tidak akan mengulangi 'metode' penegakan hukum yang selama ini dia lakukan di Bareskrim. Kontras menilai Buwas memiliki banyak catatan kasus-kasus pidana yang dipaksakan, baik itu kasusnya yang tidak pernah ada, faktanya ada tapi bukan pidana, sampai memaksakan bukti.
"Saya pikir Buwas dengan gayanya itu berbahaya, sementara BNN sendiri kan sudah seperti itu," kata Haris. Menurut dia penggeledahan yang dilakukan BNN sering tanpa pemberitahuan pihak RT ataupun RW.
"Saya duga ini cuma memindahkan masalah saja. Satu masalah mungkin selesai sementara tapi justru pindah ke BNN, padahal ini krusial juga," ucapnya.
Selama ini, kata Haris, beberapa kasus narkoba sudah banyak yang pidananya dipaksakan. Ia khawatir hal tersebut bertambah pelik saat Buwas menjadi kepala BNN. "Dalam pemberantasan narkoba nanti, takutnya ada banyak salah tangkap, ada pengkriminalan. Orang-orang bisa dijebak dengan cara-cara seperti itu," ujarnya.
Haris melihat selama menjadi Kabareskrim, Buwas hanya sibuk melakukan penangkapan saja. Kasus-kasus tersebut berjalan di tempat sehingga tidak diproses. "Saya menduga kasus tersebut karena memang tidak layak untuk maju terus. Dia Cuma lakukan penyidikan yang dipaksakan di levelnya tapi ternyata tidak bisa diproses," ujar Haris.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
