Senin 31 Aug 2015 15:58 WIB

Ini Alasan Ulama Usul Ubah Nama Waduk Jatigede Jadi Tembong Agung

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bilal Ramadhan
 Terlihat kawasan waduk Jatigede, di Kabupaten Sumedang, Rabu (29/7).    (foto : Septianjar Muharam)
Terlihat kawasan waduk Jatigede, di Kabupaten Sumedang, Rabu (29/7). (foto : Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG -- Mulai hari ini pembangunan Waduk Jatigede mulai memasuki tahap pengairan yang rencananya akan berjalan 220 hari kedepan. Namun, hingga saat nama pasti untuk waduk tersebut belum resmi. Jadi, masih diberi nama Waduk Jatigede sesuai dengan lokasinya.

Menteri Pembangunan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimulyono, mengatakan, pihaknya mendapat usulan dari para ulama dan warga setempat untuk mengganti nama Waduk Jatigede. Ia, akan mengusulkan ke Presiden untuk mengganti nama jadi Waduk Tembong Agung.

"Itu usulan dari para alim ulama dan warga sekitar,” ujar Basuki, Senin (31/8).

Menurut Basuki, pembangunan Waduk Jatigede mempunyai nilai historis yang panjang. Karena, pembangunan yang telah dicanangkan sejak jaman Hindia Belanda itu baru teralisasi pada tahun 2007 silam.

Untuk itu, kata dia, pihaknya akan segera mengusulkan nama Tembong Agung secepatnya kepada Presiden sebagai bentuk penghormatan terhadap warga sekitar yang terkena dampak dari pembangunan waduk tersebut.

Pemerintah sadar, kata dia, proses penjang pembangunan ini merupakan proses sejarah yang tidak gampang. Namun, tak ada niat pemerintah untuk menyengsarakan rakyat. "Ini semua untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,” katanya.

Perlu diketahui, nama Tembong Agung adalah nama cikal bakal dari Kerajaan Sumedang Larang yang berdiri pada abad ke XII. Kerajaan tersebut adalah sebuah kerajaan islam yang merupakan pecahan dari kerajaan Sunda Galuh yang menganut agama Hindu. Secara arti Tembong dalam bahasa Indonesia berarti nampak, sedangkan Agung berarti luhur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement