Sabtu 29 Aug 2015 19:43 WIB

'Negara Wajib Jamin Keamanan Cyber'

Rep: C94/ Red: Bayu Hermawan
Cyber crime (ilustrasi)
Foto: theinquirer.net
Cyber crime (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ketua Lembaga Riset Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha mengatakan tantangan utama bernegara di zaman digital ini adalah mengawal era cyber agar jangan sampai mengancam keamanan dan eksistensi NKRI. Oleh karena itu, negara wajib menjamin keamanan cyber.

"Kita komunikasi, belanja, pesan ojek saja sekarang sudah serba digital. Namun peningkatan penggunaan di wilayah cyber ini belum diimbangi dengan peningkatan kesadaran keamanannya," katanya di Denpasar, Sabtu (29/8).

Pratama mencontohkan web yang ada di internet hanya sekitar 5% yang bisa disebut aman. Selebihnya bisa dikatakan sebagai dark web dengan konten berbahaya seperti pornografi, kekerasan, adu domba, piranti lunak bajakan yang bisa membahayakan para pengunjung web tersebut.

"Bayangkan saja bila pejabat yang mempunyai informasi penting bahkan rahasia milik negara sembarangan membuka internet, sembarangan memasang aplikasi ke telepon pintar mereka. Bisa-bisa rahasia negara bocor keluar," ujarnya.

Karena itu, Pratama berpesan kepada ribuan mahasiswa yang hadir bahwa penting bagi generasi muda mengenali teknologi. Sehingga tidak sebatas sebagai pemakai konten saja, namun dapar mengenali mana yang aman dan tidak dalam wilayah cyber.

"Kalau anak muda kita tahu mana yang aman dan rentan terhadap serangan, saya rasa tidak akan ada kejadian lagi pemerintah memakai web berbasis blog dan sharehosting seperti yang terjadi dalam kasus web revolusimental misalnya. Lama kelamaan hal semacam itu akan menjadi pengetahuan umum yang hampir semua orang mengerti," jelasnya.

Pratama berpendapat, antusisme generasi muda terhadap persoalan keamanan cyber memang harus ditingkatkan, karena kedepan merekalah yang akan mengelola negara.

"Kita harus bangga dengan Indonesia, meski masih banyak kekurangan. Kita tidak boleh menghina usaha bangsa sendiri. Misalnya soal internet, kabel bawah laut susah memasangnya, terutama karena perairan Indonesia yang begitu luas. Namun tetap harus dipasang walaupun harus mengeluarkan ongkos jauh lebih besar," katanya lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement