Rabu 26 Aug 2015 13:17 WIB

Forum Riset Vaksin Nasional Fokuskan Hilirisasi Penelitian

 (dari kiri) Direktur Utama Biofarma Iskandar berbincang bersama Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Muluk saat pembukaan Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) 2015 di Jakarta, Rabu (26/8).   (Republika/Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
(dari kiri) Direktur Utama Biofarma Iskandar berbincang bersama Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Muluk saat pembukaan Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) 2015 di Jakarta, Rabu (26/8). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Kesehatan Prof Dr Nila Djuwita F Moeloek mendukung Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) yang fokus mengedepankan hilirisasi penelitian bidang "life science" sehingga hasil pengembangan vaksin bisa dirasakan dan meningkatkan tarap kesehatan masyarakat.

"Kami mendukung upaya yang dilakukan forum ini (FRVN) untuk mendorong dan mengedepankan hilirisasi penelitian life science bagi kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitian tidak untuk jadi mercusuar tapi harus membumi, " kata Menteri Kesehatan saat membuka FRVN 2015 di Jakarta, Rabu (26/8).

Menteri menyebutkan, kerja sama dan sinergitas penelitian antar industri, pemerintah, pakar dan stakeholder lainnya itu perlu dilakukan secara terpadu dari hulu hingga hilir sehingga hasilnya bisa maksimal dirasakan oleh masyarakat.

Upaya peningkatan kesehatan masyarakat, kata Menteri Kesehatan saat ini masih menjadi masalah besar yang dihadapi sehingga kehadiran periset dalam forum ini sangat strategis dalam menghadirkan solusi.

"Peneliti yang ada di perguruan tinggi, lembaga riset dan juga Kementerian Ristek Dikti diharapkan membuka hasil penelitiannya. Pemerintah punya roadmap bidang kesehatan salah satunya mengoptimalkan sinergitas industri, pemerintah dan perguruan tinggi," katanya.

Sementara itu Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Iskandar menyatakan forum itu mendorong produk life science sekaligus untuk menjawab kebutuhan pasar dalam maupun luar negeri. Di sisi lain pihaknya memperekuat posisi dan kelangsungan program riset lima konsorsium yang ada saat ini.

"Penelitian yang dilakukan oleh lima konsorsium yakni TB, Hepatitis B, Dengue, EPO dab Influensa tidak lagi berada di wilayah riset dasar tapi sudah mengarah ke hilir, yang pada gilirannya dapat dirasakan masyarakat," kata Iskandar.

Pertemuan FRVN 2015 dibuka oleh Menteri Kesehatan Prof Dr Nila Djuewita F Moeloek yang dihadiri oleh Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti Mohammad Dimyati, perguruan tinggi, lembaga riset, rumah sakit serta beberapa institusi terkait.

FRVN terbentuk sejak tahun 2011 terdiri dari para periset dari universtas, pemerintah dan industri. 'Hususnya periset aksin dan life science yanh berkumpul untuk melakukan pengembanhan vaksin baru dalam negeri.

"Sinergi antar periset ini bertujuan untuk menciptakan kemandirian dan akselerasi atau percepatan sehingga penemuan vaksin-vaksin baru yang membutuhkan waktu 15-20 tahun bisa lebih cepat diluncurkan ke masyarakat," kata Iskandar.

Namun demikian, kata dia produk yang sudah mencapai hilir tetap harus melewati tahap-tahap uji klinis terlebih dahulu. Iskandar menyebutkan selain penelitian yang sedang dikembangkan selain oleh lima konsorsium yakni TB, hepatitis B, dengue, EPO dan influensa juga ada tujuh kelompok kerja yakni HPV, stern cell, pnemococus, pnemonimia, malaria, HIV dan kebijakan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement