Rabu 12 Aug 2015 21:17 WIB
Reshuffle Kabinet

Pengamat Heran Darmin Dijadikan Menko Ekonomi

Rep: C14/ Red: Ilham
  (dari kiri) Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong,  Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko Bidang Kemaritiman Rizal Ramli, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri PPN/Kepala Bappenas Soyan Djalil.
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
(dari kiri) Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong, Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko Bidang Kemaritiman Rizal Ramli, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri PPN/Kepala Bappenas Soyan Djalil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo melantik lima menteri dan seorang sekretaris kabinet baru di Istana Negara, Jakarta. Salah satu wajah baru yang dilantik, yakni mantan Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution.

Pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy pesimis dengan wajah baru tersebut.  Menurut dia, masuknya Darmin Nasution sebagai Menteri Koordinator (Menko) Ekonomi menggantikan Sofyan Djalil sangat mengherankan. Sebab, Darmin Nasution dinilai terlibat mega skandal Bank Century. Kasus yang merugikan negara hingga triliunan rupiah itu hingga kini masih belum menemukan titik terang.

"Darmin Nasution adalah orang yang turut serta melakukan tindak pidana korupsi dalam kasus Bank Century, sebagaimana telah dikasasi oleh Mahkamah Agung pada putusan (atas) Budi Mulya," ungkap Ichsanuddin Noorsy saat dihubungi Republika, Rabu (12/8).

Noorsy menyebut, keterlibatan Darmin Nasution pada kasus Bank Century era Presiden SBY cukup besar. Perkara Darmin masih berhubungan dengan mantan Deputi Gubernur BI, Budi Mulya. Tercatat, Mahkamah Agung (MA) memperberat hukuman terhadap Budi Mulya, terdakwa kasus pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik.

Lebih lanjut, Noorsy menekankan, upaya reshuffle Kabinet Kerja oleh Presiden Joko Widodo percuma. Sebab, tak akan banyak menolong Indonesia dari perlemahan ekonomi yang sedang mencekik bangsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement