Rabu 12 Aug 2015 12:58 WIB

Banyuwangi Resmikan Kantor Bank Sampah dan Inovasi Persampahan

 Aktivitas pengepakan pupuk organik di Kantor Bank Sampah dan Inovasi Persampahan Banyuwangi
Foto: Aktivitas produksi kerajinan dari sampah di Kantor Bank Sampah dan Inovasi Persampahan Banyuwangi.
Aktivitas produksi kerajinan dari sampah di Kantor Bank Sampah dan Inovasi Persampahan Banyuwangi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Nadia Maghriza, siswa kelas IX SMPN 5 Banyuwangi, yang selama ini rajin ikut mengelola sampah di rumahnya mengaku sangat senang karena buku tabungan Bank Sampah miliknya telah mencapai Rp 500 ribu. Dia rutin mengumpulkan sampah yang ada di rumah maupun di sekolah untuk dipilah dan ditukar menjadi uang di Bank Sampah Banyuwangi (BSB).

“Dana dari Bank Sampah ini biasanya saya gunakan untuk membeli buku pengetahuan," kata Nadia.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Arief Setiawan menambahkan, Bank Sampah Banyuwangi sebenarnya sudah berdiri sejak April 2012 lalu. Namun, kantornya masih menempati bekas rumah dinas Sekretaris Daerah. Dengan adanya kantor baru yang terintegrasi, aktivitas manajemen persampahan bisa lebih efektif.

"Bank sampah memiliki tujuan awal untuk mewujudkan Banyuwangi yang bersih dan hijau, dengan mengusahakan sampah dapat dijadikan sesuatu yang memiliki nilai ekonomis melalui inovasi pengolahan sampah terpadu lewat 3R (Reuse, Recycle, Reduce). Di tempat ini kegiatan yang dilakukan mengolah sampah menjadi barang yang bermafaat, seperti tas dari bungkus deterjen, tempat tisu, dan sampah organik dijadikan pupuk kompos,” kata Arief. 

Fasiltas yang ada di bank sampah sendiri antara lain, kantor pelayanan nasabah, tempat menukar sampah dengan uang, tempat memilah sampah baik organik maupun nonorganik. Selain itu, ada mesin pencacah, fasilitas kesehatan, pabrik pupuk organik/kompos, pabrik pupuk nonorganik, tempat pengolahan kerajinan sampah daur ulang atau 3R, dan tempat pembibitan. 

Dalam sehari bank sampah ini mampu menerima hingga 2 ton sampah nonorganik. Sedangkan untuk sampah organik hingga 4 meter kubik yang bisa bisa diolah menjadi kompos.

Dari awal berdiri hingga saat ini bank sampah telah berkembang. Tercatat tabungan masyarakat terus bertambah hingga Rp 300 juta dari awalnya dulu hanya Rp 3 juta. Petugas berhasil mencatat tabungan nasabah dari hasil penukaran sampah antara  Rp 500 sampai Rp 1 juta. Nasabah bank sampah hingga saat ini telah mencapai 523 nasabah dari masyarakat dan dasa wisma, dan 77 nasabah dari lembaga sekolah tingkat PAUD hingga SMA.

Istemewanya nasabah bank sampah juga bisa berobat gratis ke dokter yang menjadi mitra kerja pemerintah, yaitu dokter Bintari Wuryaningsih. “Hanya dengan menujukkan buku tabungan bank sampah, nasabah bisa langsung periksa gratis ke dokter Bintari yang praktik di Jalan Agus Salim," ujar Arief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement