REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penggilingan Bakso di Kramat Jati, Jakarta Timur terkena imbas dari aksi mogok para pedagang daging sapi. Rencanana mulai dari hari Minggu (9/8) aksi mogok dilakukan sampai Rabu (12/8).
"Jika penggilingan tetap buka, kami pun ikut terkena sanksi," ujar Sahrono (45) kepada Republika, Ahad (9/8).
Menurut Sahrono, sanksinya berupa pengambilan bahan baku yang ada. Selain itu, ditakutkan jika penggilingan tetap buka, daging bakso dianggap menggunakan daging celeng. Karena pada hari ini, disejumlah pasar tidak terdapat bahan baku untuk mengolahnya.
Bahan baku utama bakso di penggilingan Kramat Jati, Jakarta Timur menggunakan daging sapi. Kendati di pasar Kramat Jati tutup, Sahrono masih mendapat kabar jika penggilingan di Pasar Minggu dan beberapa daerah tetap buka.
"Nanti malam, pukul 00.00 WIB akan ada sweeping dari pedagang daging sapi," katanya.
Penggilingan bakso sendiri mengalami kerugian dalam sehari mencapai satu atau dua jutaan. Karena aksi pemogokan yang dilakukan oleh pedagang sapi.
Kemudian untuk penjual bakso yang masih berkeliaran, rata-rata telah mempersiapkan stok. Menurut Sahrono tidak mungkin membuat bakso sendiri tanpa peralatan lengkap. Alat penggilingan daging sendiri harganya mencapai Rp 30 juta dengan kios Rp 40 juta pertahun.
Seorang pedagang bakso sapi di Pasar Kramat Jati, Novianti (22) mengaku dagangannya naik dari Rp 8 ribu menjadi Rp 10 ribu sejak habis Lebaran. Karena pelengkap mie ayam dagangannya terbuat dari daging sapi.
Dia setiap hari menghabiskan dua kilogram daging sapi yang dibuat sendiri. Walaupun demikian, jika daging harus dibentuk bakso harus menyewa mesin di penggilingan.