Sabtu 01 Aug 2015 12:58 WIB
musim kemarau

Dompet Dhuafa Respon Bencana Kekeringan di Berbagai Wilayah

dompet dhuafa memberikan bantuan air bersih kepada warga cibarusah, bekasi, jawa barat, jumat (31/7)
Foto: dok. dompet dhuafa
dompet dhuafa memberikan bantuan air bersih kepada warga cibarusah, bekasi, jawa barat, jumat (31/7)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa merespon bencana kekeringan yang tengah melanda sebagian besar wilayah di Indonesia.

Salah satunya, Dompet Dhuafa merespon bencana kekeringan di Desa Ridogalih, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi sejak Rabu (29/7) hingga Jumat (31/7).

“Tim telah melakukan dropping sebanyak 67.400 liter air bersih di Desa Ridogalih, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi. Sebanyak 580 kepala keluarga menjadi pemetik manfaat,” ungkap Direktur Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, Asep Beny, Jumat (31/7) di Jakarta.

Sebelumnya, tim melakukan survei guna melihat langsung kondisi di kawasan tersebut. Tim memilih lokasi masjid sebagai tempat distribusi air lantaran di masjid menjadi pusat publik warga setempat.

Bencana kekeringan kali ini memang terjadi hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan siaran pers Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang dikelurakan Kamis (30/7), daerah-daerah seperti Jawa, Sulawesi Selatan, Lampung, Bali, NTB, dan NTT mengalami hari tanpa hujan lebih dari 60 hari.

Berdasarkan pantauan peta monitoring Hari Tanpa Hujan, wilayah-wilayah tersebut telah kering sejak Mei 2015. Berbagai dampak pun dirasakan atas kekeringan yang melanda. Contohnya di Kecamatan Cibarusah, masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani mengalami gagal panen.

“Gagal panen yang ada di Desa Ridogalih cukup banyak. Separuhnya yang gagal panen. Yang lainnya bisa panen tapi hasilnya tidak begitu bagus. Banyak padi yang kosong. Orang tua saya petani. Selama hampir tiga bulan ini orang tua saya tidak ada aktivitas sama sekali karena sawah kering,” ujar Abdul Aziz (25), salah satu warga Desa Ridogalih.

Lebih lanjut Abdul menuturkan, kekeringan di desanya berlangsung sejak tiga bulan lalu. Sungai di desanya menjadi berlumut mengakibatkan kualitas air yang buruk. Mereka menggali sumur di sekitar sungai untuk keperluan mandi dan cuci.

“Kalau sumurnya kering, kami buat sumur lain. Untuk keperluan air minum dan memasak, kami beli dari warung. Sekarang pun persediannya berkurang. Saat seperti ini kami beli air di tempat yang agak jauh sekitar empat kilometer,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement