REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, erupsi Gunung Raung di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso dan Jember, Jawa Timur, masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat ini.
Berdasarkan data pengamatan gunungapi dari PVMBG pada Rabu (22/7) terlihat asap kelabu tebal, tekanan sedang, tinggi 2.000 meter condong ke arah Selatan-Tenggara. Tremor vulkanik atau letusan menerus dengan amplitude dominan 27-29 mm.
"Energi cenderung meningkat lagi karena adanya pasokan magma baru. Namun tipe letusan tidak berubah, masih meletus terus-menerus tanpa jeda dengan tipe strobolian," kata Sutopo, Rabu (22/7).
Pantauan citra satelit Himawari-8 pada Rabu (22/7) pukul 01.00-06.00 Wib, menunjukkan sebaran abu vulkanik mengarah ke Selatan. Bahkan mencapai ketinggian 20.000 kaki (6.500 meter) bergerak ke arah Selatan sejauh 160 km dengan kecepatan 10 km per jam.
Satelit Himawari-8 pukul 11.18 WIB menunjukkan sebaran abu vulkanik mengarah ke Barat daya - Tenggara. Hujan abu vulkanik tipis di seputaran Jember di Kecamatan Ledok Ombo, Kecamatan Sumberjambe, dan Gunung Malang. Dengan sebaran abu vulkanik ke Selatan-Tenggara telah menyebabkan bandara ditutup kembali.
Kementerian Perhubungan pada pukul 10.50 WIB, Notam No C0602/15, Bandara Blimbingsari di Banyuwangi ditutup hingga pukul 16.00 WIB. Bandara Notohadinegoro di Jember ditutup hingga pukul 16.00 WIB. Lalu pada pukul 12.00 WIB Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali ditutup.
Pembukaan kembali bandara, terang dia, disesuaikan hasil evaluasi berdasarkan kondisi sebaran abu vulkanik. Dengan kondisi Gunung Raung yang terus menerus erupsi menimbulkan dampak kerugian ekonomi yang cukup besar, khususnya terkait penerbangan, pariwisata, dan bisnis.
Hingga kini, ujar Sutopo, tidak dapat dipastikan kapan erupsi akan berakhir. Tipikal magma Gunung Raung lebih encer dan miskin gas sehingga tidak eksplosif dan tidak ada awan panas.