REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Aktivitas Gunung Raung masih menunjukkan gempa tremor menerus yang relatif tinggi. Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada Ahad (31/7/2022), gunung Raung mengalami gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,5 sampai lima milimeter (mm) dan dominannya satu mm.
Koordinator Kelompok Gunung Api, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Oktory Prambada mengatakan, gempa tersebut bisa terjadi karena dipengaruhi pergerakan pusat tekanan yang relatif terhambat. Situasi ini menimbulkan tremor dan pengembangan di bagian dangkal Gunung Raung sekitar kawah.
"Jadi kondisi saat ini Gunung Raung lagi tremor, demam kalau orang. Bukan pada kondisi ideal, yang normal untuk Gunung Raung," ucap pria yang disapa Tory ini kepada Republika.co.id, Senin (1/8/2022).
Menurut Tory, kondisi tersebut bisa memicu potensi berupa lontaran material pijar dalam kawah, kemudian mengalami erupsi secara tiba-tiba dan berskala kecil. Sementara itu, untuk abu vulkanik hasil erupsi tergantung kekuatan arah angin.
Sejauh ini, kata Tory, tidak ada fenomena hujan abu di gunung berketinggian 3.332 mdpl tersebut. Sebab, visual gunung yang terletak di Banyuwangi, Jember dan Bondowoso tersebut relatif jelas. Embusan-embusan di dalam kawah juga tidak terlihat sampai ke atasnya.
Menurutnya, Gunung Raung sedang mengalami krisis kegempaan. "Gunungnya menggembung. Dengan status ini, kita harus familiar dengan letusan kecil yang tidak diprediksi kapan karena lontaran material pijar yang hanya bisa dilihat di dalam kawah," ucapnya.
Dengan adanya situasi ini, status Gunung Raung pun masih berada dalam level dua atau waspada. Sebab itu, masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas apapun sekitar tiga kilometer (km) dari pusat erupsi. Imbauan ini dikecualikan untuk petugas PVMBG yang tengah berupaya melakukan mitigasi.
Menurut Tory, larangan berdekatan dengan pusat erupsi sekitar tiga km itu harus dipatuhi. Hal ini berarti diharapkan tidak ada pemukiman dan hutan di sekitar lokasi tersebut. Jika rekomendasi ini dipatuhi, maka tidak akan ada dampak negatif dari fase krisis Gunung Raung.
Di samping itu, Tory juga mengingatkan masyarakat sekitar untuk tidak panik dan tetap tenang. Sebab, efek yang paling diwaspadai saat ini hanya ketika erupsi atau hujan abu. Situasi ini pun tidak terlalu signifikan apabila merujuk pada fenomena hujan abu, beberapa waktu lalu.
Menurut Tory, dampak fenomena hujan abu yang terjadi beberapa waktu lalu tidak terlalu besar. Pasalnya, abu yang keluar relatif tipis sehingga sebagian sudah hilang di udara. "Dan kalau abu tergantung angin. Kalau ada angin turunnya di sekitar kawah-kawah juga," ujarnya.
Selanjutnya, warga juga diimbau untuk hanya melihat informasi Gunung Raung dari sumber-sumber terpercaya yaitu situs resmi PVMBG, baik website maupun media sosial.