REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Natsir berharap kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia menggunakan sistem e-voting. Menurutnya, model Pemilu demikian lebih efisien dibandingkan dengan cara manual atau paper.
“Saya harap pemilu dengan sistem ini bisa diterapkan saat Pemilu di Indonesia maupun daerah ke depannya,” ungkap Natsir saat Kunjungan Kerja (Kunker) di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Tangerang Selatan, Selasa (7/7).
Sebelumnya, kata dia, informasi ini harus disampaikan terlebih dahulu ke Presiden Joko Widodo. Kemudian, dia melanjutkan, disampaikan kembali kepada para kabinet kerja lainnya.
Sebelumnya, Menristekdikti melakukan kunjungan kerja (Kunker) di Batan, Serpong, Tangerang Selatan. Pada kegiatan ini, dia mendapat informasi dan menyaksikan langsung perihal alat yang bisa digunakan untuk Pemilu dengan sistem e-voting.
Pada kesempatan serupa, Kepala Program e-service Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Andrari Grahitandara menjelaskan, para peserta Pemilu nantinya tidak akan memerlukan surat undangan pencoblosan kembali.
Untuk itu, menurutnya, terdapat empat tahap untuk bisa melakukan pencoblosan dengan konsep itu. Pertama, Andrari menjelaskan, para peserta melakukan proses verifikasi terlebih dahulu dengan e-KTP. Jadi, kata dia, alat yang digunakan bisa mengetahui kepesertaan masyarakat dengan menyesuaikan antara e-KTP yang dibawa dan sidik jari pemilik kartu tersebut.
Setelah itu, menurut Andrari, peserta akan mendapatkan kartu khusus untuk bisa melakukan pencoblosan di bilik. Para peserta, kata dia, akan memasukkan kartu ke dalam sebuah alat agar bisa melakukan kegiatan ini.
Maksudnya, kata dia, layar untuk memilih calon di balik bilik pencoblosan tersebut bisa ditampilkan.
Andrari mengungkapkan, pencoblosan ini tidak menggunakan kertas seperti pada umumnya. Jadi, dia menambahkan, masyarakat akan memilih dengan menggunakan layar kecil dengan sistem sentuh.
Setelah melakukan pemiihan dengan menyentuh salah satu calon di layar itu, kata dia, alat lain yang berada di samping peserta akan mengeluarkan kertas semacam struk. Dia menegaskan, struk itu akan menerangkan calon yang telah masyarakat piliih sebelumnya. Selanjutnya, struk itu harus dimasukkan ke dalam kotak suara.
“Jadi pada saat pencoblosan di bilik itu akan ada tiga alat,” ungkap Andrari. Ketiga alat itu yakni, kata dia, benda untuk memasukkan kartu. Selain itu, layar untuk memilih calon dan alat untuk mengeluarkan struk.
Untuk kartu, tambah dia, hanya bisa digunakan untuk satu peserta. Sehingga, lanjut dia, peserta yang melakukan pencoblosan dua kali bisa terhindar.