REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Nusa Tenggara Timur Yohanis Tay Ruba mengatakan para petani di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini, sudah terbiasa dengan ancaman El Nino, sehingga tidak panik dalam menghadapi musim kering yang berkepanjangan.
"Para petani kita sudah terbiasa dengan ancaman kekeringan, sehingga sudah bisa mengatasi persoalannya sendiri untuk keluar dari kemelut tersebut," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa (7/7).
Ia mengatakan hal itu terkait prediksi BMKG dan Lapan tentang ancaman El Nino terhadap sektor pertanian dan irigasi di sejumlah provinsi di Indonesia, termasuk di antaranya NTT.
Menurut dia, dari 22 kabupaten dan satu kota di NTT, kemungkinan hanya 17 kabupaten yang berpotensi menerima ancaman gelombang panas atau El Nino.
Kabupaten-kabupaten di NTT yang terkena ancaman El Nino tersebut antara lain Kabupaten Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Nagekeo, Alor, Sumba Timur, Sumba Tengah, Kupang, Sabu Raijua, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS), Belu, Malaka dan Rote Ndao.
"Para petani di daerah-daerah tersebut sudah terbiasa menghadapi fenomena alam seperti El Nino itu. Mereka sudah tahu caranya untuk keluar dari lingkaran kekeringan itu," ujarnya.
Jika kekeringan sudah datang melanda, kata dia, langkah yang diambil para petani adalah memanfaat sumber-sumber air kali dengan sistem pompanisasi untuk menghidupkan tanamannya.
"Kami sudah mengimbau para petani untuk menyediakan cadangan pangan jika terjadi paceklik, dan memanfaatkan air kali untuk menghidupkan tanaman dari ancaman kekeringan," ujarnya.