REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Cuaca panas pada musim kemarau kali ini diperkirakan berpotensi lebih ekstrem. Mayarakat diimbau untuk mengantisipasi dan mewaspadai kondisi tersebut.
BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang memperkirakan, puncak kemarau di Jawa Tengah bakal berlangsung pada Agustus hingga Sebtember mendatang. Meski begitu, cuaca di siang hari hingga pekan pertama bulan Juli ini cukup terik.
"Ini pengaruh el Nino," ungkap staf datin/forecaster BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang, Septima, Ahad (5/7).
Pengaruh fenomena ini, jelas Septima, akan mengakibatkan sifat musim kemarau menjadi bertambah kering dari sebelumnya dan suhu udara siang hari meningkat.
Karena itu, BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang telah mengeluarkan imbauan agar masyarakat di Jawa Tengah mengantisipasi kekeringan dan menghemat air. Terutama di wilayah Jawa Tengah bagian timur yang telah nengalami musim kemarau terlebih dahulu serta wilayah yang selama ini mrnjadi langganan kekeringan.
Ia juga menyampaikan, data yang dihimpun BMKG menunjukkan, dampak el Nino yang terparah sudah diasakan oleh sebagian warga India dan Pakistan.
Di beberapa wilayah di Jawa Tengah masih berpeluang turun hujan, terutama di wilayah pegunungan. Namun intensitasnya juga cukup rendah. "Potensi hujan di sekitar wilayah pegunungan masih ada. Namun kumpulan awan yang berpotensi menghasilkan hujan tersebut relatif sedikit," tegasnya.
BPBD Kabupaten Semarang menyampaikan, hingga saat ini sejumlah wilayah kecamatan yang ada di daerah ini telah mengajukan bantuan air bersih.
Di Kecamatan Bancak, wilayah yang mulai mengalami krisis air bersih adalah Dusun Banyutarung. Warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih untuk keperluan rumahtangga. "Saat ini, debit sejumlah mata air sumur milik warga dan sumber air bersih terus menurun," kata Kalakhar BPBD Kabupaten Semarang, Arief Budianto.
Ia juga menyampaikan, permintaan yang sama juga datang dari Kecamatan Pringapus. Ini setelah sebagian warga Desa Jatirunggo juga mulai kesulitan mendapatkan air bersih.
Tercatat sedikitnya ada enam dusun yang membutuhkan suplai air bersih. "BPBD telah berkoordinasi dengan PDAM dan telah dilakukan droping air bersih," tambahnya.
Hingga saat ini pihaknya juga terus memantau perkembangan di wilayah kecamatan lain yang memiliki potensi kerawanan kekeringan. Antara lain di wilayah Kecamatan Susukan, Bringin, Tengaran dan Kecamatan Suruh. Termasuk Kecamatan Getasan yang mulai kemarau tahun lalu juga mengalami krisis air bersih.
BPBD juga meminta pihak kecamatan untuk proaktif memantau situasi di wilayahnya agar sistem pelaporan untuk antisipasi kekeringan lebih efektif. "Yang penting pelaporannya cepat agar langkah- langkah penanganannya juga dapat segera dilakukan oleh Pemkab Semarang," tambah Arief.