REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menjadi salah satu korban terdampak kebakaran yang terjadi di lounge terminal 2E Bandara International Soekarno-Hatta.
“Penanganan para penumpang sangat mengecewakan. Angkasa Pura II dan Garuda Indonesia praktis tidak memberikan informasi atas apa yang terjadi dan bagaimana dengan kepastian jadwal penerbangan," ujarnya dalam pesan tertulis, Ahad (5/7).
Hasto yang akan terbang ke Surabaya pun mengalami delay sekitar tiga jam. Ia mencatat berbagai bentuk kesemerawutan nampak di bandara kelas internasional tersebut.
Misalnya, ia melihat dua karyawan otoritas bandara berdiri kebingungan. Pemberitahuan insiden tersebut hanya dilakukan oleh seorang petugas melalui sebuah alat pengeras suara. Walhasil, suara si petugas pun tenggelam dalam hiruk pikuk suara penumpang.
Anggota Komisi VII DPR periode 2009-2014 ini menyaksikan sendiri pihak otoritas bandara dan maskapai penerbangan Garuda Indonesia sama sekali tidak siap menghadapi skenario krisis.
“Buat saya yang terjebak selama lebih dari tiga jam dalam antrian hanya bisa membatin, betapa mundurnya manajemen krisis kita. Malahan, para porter menjadi sasaran banyak pertanyaan penumpang. Jadilah para porter itu menjadi juru bicara Angkasa Pura dan Garuda Indonesia,” ungkap Hasto.
Gemas dengan keadaan itu, Hasto pun bertanya pada pihak Garuda Indonesia tentang kepastian penerbangan. Namun, belum ada jawaban.
Menurutnya, insiden tersebut jadi pelajaran yang sangat penting bagi otoritas bandara. Yakni sebagai gambaran kondisi bandara internasional di Indonesia rentan lumpuh di tengah krisis.