REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Abdul Rahman Saleh, Marsma TNI Hadi Tjahjanto membenarkan pesawat Hercules yang jatuh di Medan, Sumatera Utara, berasal dari Skuadron 32, Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang, Jawa Timur.
Hadi mengatakan saat peristiwa terjadi, pesawat Hercules itu tengah menjalankan misi rutin TNI AU di sejumlah tempat. Selain itu, mantan Kadispenau itu juga enggan memberikan keterangan secara lengkap dan menyarankan kepada wartawan untuk bisa menindaklanjuti kabar jatuhnya pesawat milik TNI AU itu.
''Iya. Tapi itu (pesawat Hercules) sudah diluar Home Base. Untuk lebih lengkapnya dari Kadispenau (Kepala Dinas Penerangan TNI AU),'' ujar Hadi kepada wartawan melalui sambungan telepon, Selasa (30/6).
Pesawat Hercules dengan nomor registrasi A1330, tipe C-130 dilaporkan mengalami insiden dan jatuh di sekitar pemukiman warga, tepatnya di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera utara, Selasa (30/6) waktu setempat.
Menurut keterangan Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau), Marsekal Pertama TNI Dwi Badarmanto, pesawat tersebut take off dari Lanud Suwondo, Medan, menuju Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Dwi pun mengakui, pesawat tersebut jatuh di dekat pemukiman warga.
''Pesawat jatuh dekat pemukiman warga, pesawat take off dari medan jam 12.48 kemudian loss contact,'' ujar Dwi lewat sambungan telepon.
Lebih lanjut, Dwi menyebutkan, pesawat Hercules C-130 itu tengah melakukan tugas rutin TNI AU, dengan rute dari Malang (Jawa Timur), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Pekan Baru (Riau), Medan (Sumatera Utara), Dumai (Riau), Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Pontianak (Kalbar).
Hingga saat ini, Dwi menyebutkan, pihaknya tengah mengir imkan tim untuk melakukan penyelidikan lanjutan soal penyebab jatuhnya pesawat produksi tahun 1964 itu. Sementara Kepala Staff Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Agus Supriatna, menyebutkan, pesawat tersebut mengangkut 12 prajurit, tiga penerbang, satu navigator, dan satu teknisi.
Agus menyebut, pesawat yang dipiloti Kapten Sandy tengah melakukan kegiatan rutin TNI AU, berupa pengantaran logistik dan pergeseran personil militer. ''Tengah melakukan operasi penerbangan angkutan udara militer, baik pengantaran logisitik ke pangkalan, baik personil militer yang bergeser,'' kata Agus.