REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Jabar mendadak melakukan inspeksi ke rumah-rumah yang ada di Kecamatan Tegalwaru. Para petugas yang dipimpin langsung oleh Kabid Promosi Kesehatan, Denny Leboy Darmawan dan Kepala Puskesmas Tegalwaru, Bidan Kamilah ini menyisir rumah-rumah warga untuk menyari pasien dengan sakit jiwa yang diisolasi oleh keluarganya.
Hasilnya, petugas menemukan lima pasien jiwa yang terisolasi. Mereka, ada yang dipasung dan dikurung di dalam kamar sendirian. Petugas, kemudian membujuk keluarga pasien untuk merelakan anggota keluarganya, dibawa ke rumah sakit jiwa (RSJ). Pasalnya, penanganan dengan cara mengisolasi tersebut sangat tidak tepat dan tidak manusiawi.
Bidan Kamilah mengatakan, kasus warga yang mengidap sakit jiwa lalu diisolasi oleh keluarganya masih cukup tinggi. Saat ini, sudah ditemukan lima pasien sakit jiwa yang diperlakukan tidak manusiawi. Makanya, petugas merujuk instruksi dari bupati, membujuk keluarga untuk merelakan anggota keluarganya untuk dibawa berobat ke RSJ. "Kami sudah bujuk mereka," ujar Kamilah, kepada Republika, Senin (29/6).
Menurut Kamilah, alasan keluarga memasung pasien sakit jiwa itu karena banyak faktor. Seperti, si pasien galak ke orang lain atau berniat menyeburkan diri ke sumur. Karena, membahayakan jiwa, maka keluarga memasung mereka atau mengisolasinya.
Tetapi, setelah penyisiran dan diberi pembinaan, mereka akhirnya setuju pasien tersebut di bawa ke RSJ Cisarua untuk diobati. Dengan begitu, hari ini Pemkab Purwakarta merujuk lima pasien sakit jiwa ke Lembang.
Kamilah menyebutkan, kelima pasien sakit jiwa itu, masing-masing Mohamad Nur alias Ade (24) warga Kampung Cimaya RT 11/05, Desa Citalang; Uyep, warga Kampung Sukahaji RT 02/01 Desa Sukahaji; Junengsih, warga Kampung Babakan Mangga RT 03/02, Desa Tegalwaru. Kemudan Dede Mulyana, warga Kampung Cilele RT 12/05, Desa Pasanggrahan; dan Yaya (27), warga Kampung Cikakak, Desa Batutumpang.
"Mayoritas penderita sakit jiwa ini laki-laki," ujar ibu bidan ini.
Berdasarkan penelusuran, ada banyak faktor yang menyebabkan mereka sakit jiwa. Mayoritas, dampak dari depresi yang akut. Sehingga warga ini harus kehilangan akal sehatnya. Tetapi ada juga akibat faktor genetik.
Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengaku, pihaknya langsung membuka layanan aduan bagi masyarakat. Jadi, mereka yang sakit lalu tak bisa berobat karena satu atau dua hal, bisa mengadukan ke layanan pesan singkat (SMS) atau melalui akun resmi bupati di media sosial berlogo burung warna biru ini. "Layanan ini, untuk memudahkan masyarakat," ujar Dedi.
Khusus mengenai lima pasien sakit jiwa yang terisolasi, Dedi menyebutkan pihaknya sudah memberikan bantuan bagi keluarga pasien. Bantuan itu untuk memuluskan supaya para pasien sakit jiwa bisa diobati di RSJ. Selama ini mereka menolak membawa anggota keluarganya berobat dengan alasan tak punya biaya.
"Sekarang kami menjamin biaya pengobatan gratis dan yang menunggunya juga diberi bantuan," jelas Dedi.