Sabtu 27 Jun 2015 10:32 WIB

Penulis yang Sukses adalah Pembaca yang Rakus

Irwan Kelana
Foto:

Ia pun mampu menjelaskan dengan memuaskan apa yang dimaksudkan oleh Al-Quran tentang melampaui batas  dan zuhud.’’Selama seseorang masih memiliki rasa takut dan diawasi Allah, maka insya Allah, dia tidak akan sampai melampaui batas (hlm 275). ‘’Zuhud tidak berarti tidak mau menyentuh sama sekali nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, tapi zuhud adalah mempergunakan nikmat itu untuk ibadah.’’(hlm 276) ‘’Jangan kau paksanakan istrimu mengikuti standar hidupmu yang sangat sederhana. Jangan pelit dan jangan boros.’’ (hlm 283)

Selain buku-buku pendamping yang tertera di bagian akhir buku, Habiburrahman juga membaca berbagai buku lainnya. Hal itu bisa kita simak dari berbagai kalimat yang dia kutip dari berbagai buku, lalu di masukkan sebagai bagian dari novel ini. Misalnya:

-          lagu Majida Jalaluddin Rumi:

Kalimatin laisal kal kalimat (hlm 111)

-          puisi-puisi karya Fatin Hamama dalam buku antologi berjudul Papyrus yang dikutip oleh Fahri dalam renungannya tentang ibunda:

‘’Oh ibu, jika engkau adalah matahari, aku tak ingin datang malam hari. Jika engkau adalah embun, aku ingin selalu pagi hari. Ibu, durhakalah aku, jika di telapak kakimu tidak aku temui sorga itu.’’ (hlm 202)

-          Maria mengatakan bahwa Alquran adalah kitab suci yang paling banyak dibaca umat manusia sepanjang sejarah. ‘’Charles Francis Potter mengatakan seperti itu. Bahkan jujur kukatakan, Alquran jauh lebih dimuliakan dan dihargai daripada kitab suci lainnya. Ia lebih dihargai daripada Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Pendeta J. Shillidy dalam bukunya The Lord Jesus in The Koran memberikan kesaksian seperti itu.’’ (hlm 23-24)

-          Puisi berjudul Lagu Hujan karya penyair Prancis Paul Verlaine (1844-1896), petikannya sebagai berikut:

‘’Rinai tangis dalam hatiku

Bagai rintik hujan di kota

Apa gerangan makna lesu

Yang menyusup masuk kalbuku.’’ (hlm 234)

- Petikan puisi berjudul Kekasih karya Paul Eluard, penyair Perancis abad ke-19 paling terkemuka dari golongan surealis, yang diucapkan oleh Aisha untuk Fahri pada malam pertama mereka:

      ‘’agar dapat melukiskam hasratku, kekasih,

      Taruh bibirmu seperti bintang di langit kata-katamu,

      Ciuman dalam malam yang hidup,

      Dan deras lenganmu memeluk daku

      Seperti suatu  nyala bertanda kemenangan

      Mimpiku pun berada dalam

Benderang dan abadi’’ (hlm 266)

 

Salah satu kerja keras yang dilakukan oleh Habiburrahman adalah berupaya menguasai bahasa Arab maupun bahasa Inggris dengan baik. Khusus bahasa Arab, ia bisa menjelaskan dengan baik, terminology atau kata-kata Arab Fusha (resmi) maupun Amiyah(pergaulan). Ia pun mungkin menguasai bahasa Jerman dengan baik, kalau kita menyimak dialog Aisha dan Fahri dalam bahasa Jerman. Bahkan boleh jadi ia pun sedikit banyak mengerti bahasa Perancis, seperti yang  ditunjukkan oleh Fahri yang belajar bahasa Perancis saat berada di dalam penjara bawah tanah Cairo.

 

Dengan segudang kelebihan dan kekuatan Habiburrahman seperti dituangkan di atas, novel AAC itu bisa disebut buku sejarah Islam, buku Aqidah, buku Fiqih, buku Tasauf, buku psikologi, buku kedokteran, bahkan juga buku bahasa, selain buku sastra atau karya kreatif tentunya.  Tepat sekali apa yang ditulis Dr Hadi Susanto pada prolog buku ini: ‘’Novel ini (Ayat-ayat Cinta)  perlu menjadi acuan terutama bagi para penulis ‘pemula’ yang sangat bersemangat untuk menulis sastra islami.’’

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement