Senin 24 Jul 2023 05:00 WIB

Pemuda Indonesia Krisis Moral?

Krisis moral di kalangan anak muda ini sudah sangat memprihatinkan dan mengkhawatirka

Tersangka kejahatan terhadap anak, eksploitasi dan distribusi materi pornografi dan kesusilaan korban anakdihadirkan saat konferensi pers di Polda DIY, Rabu (13/7/2022).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Tersangka kejahatan terhadap anak, eksploitasi dan distribusi materi pornografi dan kesusilaan korban anakdihadirkan saat konferensi pers di Polda DIY, Rabu (13/7/2022).

Oleh : DESSY SUCIATI SAPUTRI, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID -- Terjadinya pergeseran moral, khususnya di kalangan generasi muda, dalam beberapa tahun terakhir ini perlu mendapatkan perhatian semua pihak. Merosotnya nilai-nilai moral dan sosial generasi muda bisa dengan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun melalui media sosial.

Jika kita membuka medsos, misalnya saja Twitter, tentu akan dengan mudah menemukan akun-akun ataupun unggahan yang membahas terkait masalah seksualitas, pornografi, kekerasan, dll.

Bahkan sudah muncul fenomena di masyarakat seperti ‘Friend With Benefit’ atau FWB alias pertemanan lawan jenis yang orientasinya pada hasrat seksual. Generasi saat ini tidak akan malu mencari pasangan lawan jenis untuk melakukan kegiatan seksual melalui media sosial.

Sikap mengumbar kemesraan, prostitusi online, dll menjadi kebanggaan sendiri bagi sebagian generasi muda. Di kehidupan sehari-hari sekarang inipun tidak sulit menemukan anak muda yang pamer kemesraan di tengah keramaian. Peristiwa ini belum lama juga terjadi di Yogyakarta, kota yang masih kental kultur budaya, adat, dan tradisinya.

Sepasang muda-mudi melakukan adegan mesra saling bercumbu di kawasan titik nol kilometer. Aksi sejoli itupun terekam kamera dan bahkan sudah tersebar di media sosial. Bagaimana bisa sepasang muda-mudi tersebut melupakan tata krama dan melampiaskan nafsunya di ruang publik? Yang tentu bisa disaksikan oleh banyak masyarakat dan bahkan tak sedikit pula ditonton anak-anak di bawah umur.

Seks bebas yang banyak dipertontonkan oleh generasi muda saat ini berdampak pada banyak hal. Selain menyebabkan kehamilan yang tak diinginkan, mereka juga bisa tertular penyakit HIV/AIDS, serta dampak psikologis lainnya.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, data kasus HIV di Indonesia tercatat mengalami peningkatan di 2023. Jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV pun mencapai 35 persen. Angka penularan terhadap ibu rumah tangga ini lebih tinggi dibandingkan pada kelompok lain. Penyebabnya karena rendahnya pengetahuan pencegahan dan memiliki pasangan dengan perilaku seks berisiko.

Padahal, ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV berisiko tinggi menularkan virus kepada anaknya. Bahkan penularannya bisa terjadi sejak dalam kandungan, proses melahirkan, atau saat menyusui.

photo
Kondisi LGBT di Asia Tenggara - (Infografis Republika)

 

Dikutip dari data siha.kemkes.go.id tahun 2022, kasus HIV di Indonesia ini didominasi oleh kelompok usia produktif. Presentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (70,4 persen) dan umur 20-24 tahun (15,9 persen).

Tren penularan HIV/AIDS di Indonesia juga semakin didominasi kasus pada kaum homoseksual. Dilansir dari laporan Republika, sejak 2018, kasus penularan di kalangan homoseksual bahkan terus meningkat dibandingkan pada heteroseksual.

Aktivitas seksual secara bebas yang dilakukan kalangan generasi muda saat ini juga berdampak pada tingginya kasus aborsi. Terakhir, praktek aborsi illegal terungkap di Kemayoran pada akhir Juni 2023 lalu. Dari laporan kepolisian, rata-rata per harinya terdapat enam pasien aborsi illegal.

Banyaknya kasus aborsi illegal ini perlu menjadi perhatian. Sebab, adanya kasus aborsi illegal ini erat kaitannya dengan pergaulan bebas kalangan generasi muda.

Selain itu, masih ada masalah kekerasan yang masih menjadi ‘PR’ untuk diselesaikan, seperti tawuran antar pelajar dan juga klitih yaitu fenomena kejahatan jalanan yang terjadi di Yogyakarta. Aktivitas anak-anak muda yang membutuhkan validasi itupun sudah sangat meresahkan masyarakat.

Krisis moral di kalangan anak muda ini sudah sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Jika kemerosotan moralitas ini terus menerus terjadi, maka tentu akan membahayakan bagi kualitas sumber daya manusia. Pelanggaran norma-norma sosial ini tentu juga bisa berdampak pada pembangunan bangsa.

Apalagi Indonesia akan mengalami bonus demografi, di mana penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan usia tidak produktif. Keseimbangan moral di kalangan anak muda saat ini perlu dibangkitkan kembali.

Selain memang membutuhkan peran keluarga dan masyarakat, peran pemerintah juga tidak kalah pentingnya. Pemerintah sudah seharusnya memberikan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh masyarakatnya. Nilai-nilai moral dan sosial juga perlu untuk kembali ditanamkan sejak pendidikan dini. Pemerintah juga perlu aktif memblokir berbagai situs pornografi, judi, dll yang terus bermunculan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun berulang kali menegaskan bahwa bonus demografi menjadi salah satu kekuatan utama dalam membangun Indonesia maju. Jumlah anak-anak usia produktif yang mendominasi diharapkan mampu menghadapi kompetisi global.

Namun, ia mengingatkan bonus demografi harus dikelola dengan baik agar memberikan manfaat bagi masyarakat dan negara. Salah satu solusinya yakni dengan meningkatkan keahlian masyarakat Indonesia, sehingga bisa memperbaiki kualitas SDM kita.

Perubahan teknologi informasi seharusnya tidak menjadikan moralitas masyarakat semakin menurun. Sebaliknya, perubahan teknologi ini harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan masyarakat. 

Generasi muda merupakan generasi penerus dan penentu perubahan suatu bangsa di masa depan. Namun apa jadinya jika generasi muda saat ini mengalami kemerosotan nilai moral dan nilai sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement