Sabtu 27 Jun 2015 00:11 WIB

Relawan Jokowi: Sutiyoso Buka Pintu Demokrasi 1998

Sutiyoso
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sutiyoso

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan aktivis menilai dalam peristiwa penyerangan kantor DPP PDI 27 Juli 1996 (Kuda Tuli) menilai Sutiyoso adalah salah satu tokoh yang justru membuka pintu demokrasi menuju reformasi 1998.

"Pak Sutiyoso disebut-sebut terlibat dalam peristiwa Kuda Tuli. Tapi sesungguhnya beliau lah yang membuka pintu demokrasi menuju (reformasi) 1998," kata Ananda Mustadjab Latief, mantan aktivis yang kini bergabung dalam organisasi relawan Jokowi.

Ananda bersama sejumlah elemen masyarakat seperti Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), GK Center, Lembaga Studi Strategi Budaya Nusantara, Forum Alumni UI J2, Betawi Raya, Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Tanah Rencong (GAM-Petar), Gerakan Cinta Jakarta, Paguyuban Pangeran Sukowati, Tanah Abang Adventure, alumni IPB membentuk Koalisi Pendukung Badan Intelijen Yang Kuat, Tangguh dan Profesional.

Koalisi itu dibentuk guna mendeklarasikan dukungannya atas penunjukan Sutiyoso sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) oleh Presiden Jokowi. Menurutnya , saat peristiwa Kuda Tuli terjadi, Sutiyoso yang menjabat Pangdam Jaya justru membiarkan dilaksanakannya mimbar demokrasi (orasi politik) di Kantor PDI pro Megawati.

"Kalau Pak Sutiyoso tidak membiarkan mimbar politik itu terjadi, demokrasi tidak akan tercapai. Kalau dia benar ikut melanggar HAM dalam peristiwa itu pasti dia sudah dipenjara, " ujarnya.

Ananda mengatakan dirinya bersama sejumlah organisasi relawan Jokowi serta elemen masyarakat mendukung keputusan Jokowi menunjuk Sutiyoso. Menurut dia keputusan Presiden pasti diambil setelah melalui pertimbangan matang. Dia meminta seluruh pihak tidak khawatir atas penunjukan Sutiyoso sebagai Kepala BIN.

"Saya melihat figur pak Sutiyoso cinta NKRI, akomodatif, kita tidak perlu takut jika pak Sutiyoso menjadi Kepala BIN," tandasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement