Jumat 05 Jun 2015 07:02 WIB

Rasio Dosen dan Mahasiswa tak Imbang, Menristek-Dikti Bekukan 4 PTS

Menristek Dikti Mohamad Nasir
Foto: Antara
Menristek Dikti Mohamad Nasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Empat Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jambi dibekukan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti) karena rasio dosen dan mahasiswa tidak berimbang.

Empat perguruan tinggi yang resmi dinonaktifkan itu yakni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jambi (STIE IKABAMA), Akademi Manajemen Koperasi Graha Karya, Akademi Sekretaris dan Manajemen Jambi serta Akademi Bahasa Asing Jambi.

Sekretaris Daerah Provinsi Jambi Ridham Priskap, berharap pembekuan PTS di Jambi ini tidak merugikan mahasiswa dan meminta pengurus PTS yang dinonaktifkan tersebut untuk berkoordinasi dengan Kemenristek-Dikti untuk mencari solusinya.

"Kita berharap ini tidak merugikan mahasiswanya, harus ada suatu upaya yang harus dilakukan agar tidak ada yang dirugikan, pihak perguruan harus koordinasi dengan kementerian," kata Ridham.

Sekda mengatakan kewenangan penonaktifan perguruan tinggi merupakan kewenangan Kemenristek-Dikti, apalagi perguruan tinggi tersebut merupakan perguruan tinggi swasta.

"Yang saya tahu, menurut Menteri, rasio dosen dan mahasiswa di empat perguruan itu tidak berimbang. Kemudian, sarana penunjang tidak mendukung. Jadi kesimpulannya harus dibekukan. Ini kewenangan Menristek-Dikti dan jika ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, PTS diminta untuk segera memenuhinya," katanya.

Sementara itu, Pembantu Ketua STIE IKABAMA Jambi, Azizah D Uteng, mengaku kasihan terhadap mahasiswa STIE IKABAMA jika memang perguruan mereka dibekukan.

Azizah mengungkapkan, lebih dari 1.000 mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi tersebut, apalagi saat ini pendaftaran mahasiswa baru sedang berlangsung.

Dia mengakui rasio dosen dan mahasiswa memang tidak sebanding, meski begitu pihak kampus juga sudah berupaya mendatangkan dosen dari perguruan tinggi lain, kata Azizah.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement