Kamis 04 Jun 2015 23:51 WIB

Bentrokan Antar Anggota TNI Perlihatkan Rendahnya Peradaban Indonesia

Rep: C23/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menhan Ryamizard Ryacudu (kedua kiri).
Foto: Antara
Menhan Ryamizard Ryacudu (kedua kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer Salim Said mengatakan fenomena bentrokan antara anggota kepolisian dengan Tentara Nasional Indoneia (TNI) atau bahkan antar sesama merupakan hal biasa di Indonesia. Terlebih, katanya, ada jenis kekerasan atau tawuran yang terjadi di masyarakat, seperti tawuran pelajar dan pertikaian antar warga.

Menurut Salim, fenomena tersebut menunjukan masih rendahnya peradaban di Indonesia. "Ini memperlihatkan tingkat peradaban kita masih rendah. Karena segala sesuatunya harus diselesaikan secara fisik," tuturnya pada Republika, Kamis (4/6).

Padahal menurutnya, aparat atau masyarakat harus tahu ada cara yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah, dibanding menggunkan kekerasan.  "Ada cara yang lebih beradab tanpa perlu kekerasan atau kontak fisik,"

tegas Salim.

Seperti diketahui, bentrokan antara anggota TNI AU dan Kopassus terjadi di halaman tempat karaoke Bima, Solo, pada Ahad (31/5) lalu. Akibat kejadian tersebut, anggota TNI AU, Sersan Mayor Zulkifli tewas setelah sempat dirawat di rumah sakit.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyesalkan terjadinya perkelahian antara anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan dengan anggota TNI Angkatan Udara. Bahkan ia akan segera memanggil tiga kepala staf angkatan untuk mengkaji secara mendalam mengenai permasalahan ini.

"Saya sangat sesalkan kenapa bisa terjadi, harusnya nggak boleh. Saya, Panglima TNI, sudah keliling sampai Papua, dari Aceh, Kepala Staf juga, untuk sampaikan menjaga perdamaian," kata Menhan, Rabu (3/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement