Rabu 03 Jun 2015 16:02 WIB

Dicurigai Terkait ISIS, 10 WNI Dipulangkan dari Turki

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Menlu Retno Lestari Priansari Marsudi
Foto: Antara/Andika Wahyu
Menlu Retno Lestari Priansari Marsudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 10 WNI terpaksa diturunkan dari pesawat Turkis Airlines di bandara Ataturk, Istanbul, serta ditahan oleh otoritas setempat. Mereka diturunkan lantaran pihak keamanan bandara menerima informasi terkait Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, sebanyak delapan WNI tersebut rencananya akan dipulangkan ke tanah air hari ini. Sedangkan, dua WNI lainnya telah dipulangkan ke Indonesia dengan bantuan KJRI di Turki.

"Memang 10 WNI itu diturunkan dari pesawat kemudian sempat di interview tapi semuanya sudah jelas. Sekarang semuanya sudah tinggal di hotel dua diantaranya sudah kembali. Dan hari ini delapan lainnya kembali," jelas Retno di Bandung, Rabu (3/6).

Retno pun menjelaskan kesepuluh WNI yang ditahan tersebut tak terkait dengan kelompok ekstrim ISIS.

Sebelumnya, Pelaksana Fungsi Protokol dan Konsuler KJRI Istanbul, Maya Damayanti mengatakan, penahanan 10 WNI yang dipaksa turun dari pesawat Turkis Airlines di bandara Ataturk, Istanbul, Senin (1/6), hanyalah kesalahpahaman.

Saat itu, pihak keamanan bandara menerima informasi terkait Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). "Sebenarnya tidak ada kaitannya dengan ISIS, hanya kesalahpahaman, jadi kami dihubungi kepala polisi counter terorisme Istanbul, mereka menyampaikan ada WNI yang ditahan di bandara," kata Maya saat dihubungi Republika, Selasa (2/6).

Berdasarkan laporan polisi, penahanan dilakukan berdasarkan laporan salah satu penumpang yang mendengar percakapan terkait ISIS dalam perbincangan para WNI.

Namun, sambung Maya, bukan hanya ISIS saja, alasan lainnya adalah karena tujuan rombongan ke provinsi Hatay. ‎Provinsi itu berbatasan langsung dengan Suriah dan kerap digunakan jalur masuk ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Maya menjelaskan, tujuan para WNI tersebut adalah untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi Suriah. WNI tersebut tergabung dalam Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS)‎ terdiri dari empat orang panitia FIPS, tiga tokoh organisasi Indonesia, dan tiga orang jurnalis.

Rombongan WNI lalu diinterogasi di kantor kepolisian bandara. Seluruh telepon selular, kamera, laptop, dan tape recorder disita kepolisian, termasuk paspor dan barang bawaan. Mereka sempat ditahan dan menjalani interogasi selama empat jam di kantor kepolisian bandara.

Adapun keberangkatan mereka ke Hatay adalah untuk memberikan bantuan bagi pengungsi Suriah melalui dokter Suriah yang berada di Hatay. Rencananya setiba di Hatay, mereka akan bertemu perwakilan organisasi kemanusiaan terbesar di Turki IHH untuk membicarakan kondisi pengungsian dan krisis di Suriah secara umum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement