Ahad 24 May 2015 13:16 WIB

Ikrar: Aburizal dan Agung Takut Kehilangan Kekuasaan

Rep: C93/ Red: Erik Purnama Putra
Pengamat politik LIPI Ikrar Nusa Bhakti.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengamat politik LIPI Ikrar Nusa Bhakti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik antara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono tidak kunjung berakhir. Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menyatakan, seharusnya dua politisi kawakan Partai Golkar yang bertikai itu jangan bersikap seperti anak kecil. Itu karena kedua kubu terus-terusan berkonflik memperebutkan kepemimpinan partai dan dan tidak mau islah.

 

Selain itu, Ikrar mengkritik, para elite Golkar saat ini, sepertinya tidak memiliki ‘rasa memiliki’ terhadap partainya sendiri. Ikrar memaparkan, para petinggi partai yang identik dengan warna kuning tersebut lebih takut kehilangan kekuasaannya diripada kehilangan partainya.

 

“Yang mereka miliki hanya sense of belonging terhadap power mereka, tetapi tidak memiliki sense of belonging terhadap partai mereka,” kata Ikrar kepada Republika Online, Ahad (24/5).

 

Lebih jauh Ikrar memaparkan, jika para elite politik Golkar memiliki rasa memiliki terhadap partainya, tidak akan terjebak dalam konflik yang berlarut-larut. Tidak akan juga, mereka berebut kepemimpinan dengan dalih apa pun.

 

“Entah itu dengan dalih untuk menyelamatkan Partai Golkar, dengan dalih supaya Partai Golkar tidak berada di tangan yang otoriter atau dengan dalih Partai Golkar harus di tangan mayoritas,” tambahnya.

 

Seperti diketahui, pada kemarin malam Ketua Umum Partai Golkar Kubu Munas Bali, Aburizal Bakrie baru saja melakukan pertemuan dengan Jusuf Kalla untuk membicarakan kemungkinan Islah Golkar agar partai penguasa orde baru ini dapat ikut Pilkada. Pada pertemuan tersebut, Ical menyebut pihaknya siap bekerja sama dengan kubu Agung untuk menyongsong pilkada serentak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement