REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sebanyak 55 ribu titik yang tersebar di ratusan desa di Kabupaten Indramayu, Cirebon dan Majalengka, akan dilakukan survei seismik tiga dimensi (3D) oleh Pertamina EP. Hal itu dimaksudkan untuk mencari sumur migas baru.
‘’Di Jabar (Wilayah Cirebon) memiliki potensi yang besar untuk mendapatkan sumur migas baru,’’ ujar Chief Humas Seismik 3D Akasia Besar, Salahudin Achmad, di Cirebon, Sabtu (16/5).
Salahudin menyebutkan, dari 55 ribu titik itu, sebagian besar tersebar di 208 desa di Kabupaten Indramayu. Selain itu, titik lainnya tersebar di 26 desa di Kabupaten Majalengka dan di 17 desa di Kabupaten Cirebon.
Salahudin pun memastikan bahwa mereka sudah mengantongi izin lingkungan untuk melakukan survei seismik dari pemerintah daerah setempat sejak 2014 lalu. Survei akan berlangsung sekitar 22 bulan atau lebih, sampai data seismik benar-benar diperoleh secara utuh.
Saat ini, lanjut Salahudin, pihaknya baru melakukan tahap sosialisasi terhadap warga di desa-desa yang lahannya akan kena survei. Setelah itu, baru akan dilakukan pengeboran survei seismik tiga dimensi.
Salahudin menyatakan, dalam sosialisasi tersebut, pihaknya akan menjelaskan perbedaan bor seismik dan bor eksplorasi produksi migas. Dalam pengeboran kegiatan seismik, lubang bor hanya sedalam 30 meter dan diameter lubang sekitar 7 cm. Peralatan yang digunakan dalam pengeboran seismik pun bisa dipikul oleh tenaga manusia.
Sedangkan pengeboran dalam kegiatan eksplorasi dan produksi migas, bertujuan untuk mengangkat minyak dan gas bumi ke atas permukaan bumi. Sehingga memerlukan alat berat.
‘’Kami tidak menggunakan alat berat dalam membuat lubang bor seismik. Jadi masyarakat yang lahannya digunakan untuk keperluan survei seismik tidak perlu resah atau khawatir,’’ tegas Salahudin.
Setelah pengeboran sesimik selesai, lanjut Salahudin, maka di dasar lubang bor tersebut akan dimasukkan sumber getar berbahan daya gel yang bersifat low explosive. Sumber getar yang telah tertanam kemudian digetarkan sehingga menghasilkan gelombang seismik. Rekaman data gelombang seismik itulah yang menjadi inti dari kegiatan survei seismik.
Salahudin menambahkan, sebelum melakukan survei seismik, pihaknya juga akan mendata terlebih dulu rumah-rumah warga maupun lahan pertanian yang ada di sekitar lokasi survei. Jika nanti ada padi yang rusak karena terinjak pekerja, pihaknya akan memberikan kompensasi langsung kepada pemilik lahan atau penggarap lahan yang tanamannya rusak itu.
Begitu pula jika ada rumah yang diklaim mengalami retak-retak akibat kegiatan tersebut, Salahudin berjanji akan memperbaiki rumah yang rusak tersebut. Namun, sebelumnya harus dipastikan bahwa rumah tersebut retak akibat survei dan bukan retak sebelumnya.
‘’Tahun depan, kami juga akan melakukan survei sesmik di perairan, di antaranya di perairan Kecamatan Indramayu, Kecamatan Losarang dan di sebelah barat perairan Karangsong,’’ terang Salahudin.
Sementara itu, Direktur Yayasan Lingkungan Hidup Cirebon, Yoyon Suharsono, menilai, survei seismik tiga dimensi yang dilakukan Pertamina EP di tiga kabupaten itu tidak merugikan masyarakat. Dia pun berharap agar Pertamina semakin gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka memahami pentingnya survei seismik.