REPUBLIKA.CO.ID, Meski menjalani kehidupan berat seperti ini, Dewi terlihat masih seperti anak-anak lainnya. Saat ditemui seusai shalat Maghrib di Mushala Nashrullah Kampung Sri Rahayu, Ahad (03/5), Dewi terlihat ceria bermain dan mengaji dengan teman-teman sebayanya. Tidak terlihat bahwa kehidupan berat yang harus dilakoninya telah menjadi beban di pikirannya.
Dewi selama ini tercatat sebagai pelajar kelas III SD Negeri I Karangklesem. Dia masih duduk di kelas III pada usia 11 tahun, karena masuk sekolahnya juga sudah terlambat. ''Dia masuk sekolah dasar usia 9 tahun, karena kebanyakan warga kampung sini memang tidak mengutamakan sekolah bagi anak-anaknya. Mereka yang berasal dari warga miskin, kebanyakan meminta anak-anaknya membantu pendapatan keluarga dengan bekerja sebagai pengemis,'' kata Purcahyaningrum, mantan guru TK Dewi, yang juga menjadi tetangga Dewi di Kampung Sri Rahayu.
Dia juga menyebutkan, untuk kebutuhan sekolah Dewi sebenarnya mendapatkan bantuan siswa miskin (BSM) dari Pemkab setempat. Dana bantuan ini digunakan untuk keperluan sekolah. Sementara untuk biaya-biaya lain di sekolah, termasuk buku pelajaran semua digratiskan, karena sekolah sudah mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
(Bersambung)