REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Mantan Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) batal berkunjung ke Perth, Australia. Hari ini semestinya ketua umum Partai Demokrat itu memberikan pidato dalam forum kerja sama kawasan Indo-Pasifik di kampus University of Western Australia (UWA).
SBY sendiri telah menyampaikan surat maaf atas ketidakhadirannya. Surat permintaan maafnya pun telah dibacakan Chancellor UWA, Michael Chaney AO dalam acara. Ketidakhadiran SBY lantaran waktu yang masih sangat sensitif antarkedua negara.
"Saya sangat ingin datang tapi saat ini adalah waktu yang sangat sensitif, terkait dengan eksekusi mati dua warga Australia," tulis SBY sebagaimana dibacakan, Jumat (1/5).
SBY mengakui bahwa saat ini hubungan antara Indonesia dan Australia berada di kondisi yang kurang baik. Ia membandingkan selama periodenya memimpin Indonesia, hubungan dua negara bertetangga ini dijaga kondusif.
"Saya berharap hubungan yang sedang terganggu ini dapat segera dikembalikan," kata SBY di surat yang dibacakan setelah pidato Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop.
Sebagai pemimpin tertinggi Indonesia dua periode 2004--2014, SBY beberapa kali berkunjung ke Australia. Kali pertama adalah pada pertengahan 2015. Hubungan Indonesia-Australia memanas setelah keputusan pemerintah mengeksekusi Andrew Chan dan Myuran Sukuraman beberapa hari lalu. Sebagai reaksi, Dubes Australia di Jakarta telah dipanggil ke Canberra untuk konsultasi.