REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz mengkritisi gagasan pembangunan gedung baru DPR RI yang dikemukakan anggota dewan.
Pasalnya Donal menyebut pembangunan ini tidak memiliki kepentingan dan manfaat apa-apa. Terlebih melihat kinerja anggota DPR yang masih kurang memuaskan.
"Mau bangun gedung megah tapi secara kinerja buruk, jauh dari harapan kita," katanya saat dihubungi Republika, Senin (27/4).
Ia menjelaskan kinerja DPR yang belum berjalan dengan semestinya seharusnya dioptimalkan terlebih dahulu. Bukan dengan melakukan kebijakan yang tidak memiliki manfaat. Apalagi menurutnya, anggota legislatif lebih banyak rapat di hotel bukan di gedung. Jadi pembangunan gedung baru juga akan sia-sia.
Menurutnya, hal ini patut dipertanyakan fungsi strategisnya diarahkan pada kepentingan seperti apa. Terutama pembangunan perpustakaan yang disebutnya tidak bermanfaat sama sekali.
Ia menilai kinerja DPR saat ini lebih banyak mengurusi konflik internal partai dan blok-blok antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP). Oleh karena itu legislasi DPR menjadi tidak jelas. Hanya berorientasi pada perebutan pimpinan fraksi, komisi, dan alat kelengkapan dewan.
Pembangunan gedung baru ini dikemukakan Ketua DPR RI Setya Novanto yang bertujuan menjadikannya sebagai ikon nasional. Ini diperkuat dengan pernyataan anggota Komisi I DPR RI, Syaiful Bahri Anshori yang menambahkan pembangunan ini dapat meningkatkan fasilitas gedung menjadi lebih moderen.