Senin 27 Apr 2015 12:54 WIB

Milangkala Taman Budaya ke-24, Semarak Aneka Ragam Seni Jabar

 Alat-alat musik karya Dodong Kodir pada 'Gelar Lungsuran Daur Harmoni Sampah Eksperimentasi Alat Musik Dodong Kodir’ di Taman Budaya Jabar, Bandung, Sabtu (9/11) malam. (Republika/Edi Yusuf)
Alat-alat musik karya Dodong Kodir pada 'Gelar Lungsuran Daur Harmoni Sampah Eksperimentasi Alat Musik Dodong Kodir’ di Taman Budaya Jabar, Bandung, Sabtu (9/11) malam. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Masyarakat Jabar, khususnya Bandung raya, mendapat sajian aneka ragam seni asal Jabar, selama dua hari Jumat-Sabtu (24-25/4). Pagelaran seni yang dilaksanakan di Teater Terbuka Balai Pengelolaan Taman Budaya, Jl Bukit Dago Selatan, ini dalam rangka memperingati Milangkala Taman Budaya ke-24.

Pada pagelaran Jumat (24/4) pukul 19.30 WIB, ditampil Java Etnika dari Kota Bandung pimpinan Ali Aloy. Tampilan kedua, Kacapi jenaka, Jenaka Sunda Kanca Panglima Group pimpinan Lili Suparli dan Tarjo Sudarsono.

Sedangkan pada Sabtu (25/4) pukul 19.30 WIB s/d Selesai, dengan bertemakan “Welcome West Java” dengan menampilkan tarian selamat datang di Jawa Barat. Acara dimulai dengan “Kawih Pasundan” dari Padepokan Ranggon Cijagra pimpinan Neneng Dinar. Yang akan tampil dari kawih Pasundan ini antara lain, Heri Suheryanto (juara tembang Sunda Cianjuran tahun 1990), Sony Riza Windiyagiri (juara pupuh SMA se-Jawa Barat) dan didukung oleh juru kawih dari Padepokan Ranggon Cijagra.

Acara puncak milangkala dipagelarkan Wayang ‘Salya Gugur’ dengan dalang Yogaswara Sunandar Sunarya Lingkung Seni Giri Harja 3 Putra (juara festival wayang golek se-Jawa Barat Tahun 2010).

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Nunung Sobari didampingi Kepala Balai Pengelolaan Taman Budaya  Rd Moch Darajatun menjelaskan, sejarah dari dibangunnya Taman Budaya berasal dari Ida Bagus Mantra, Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang pada tahun 1970-an. Saat berkunjung ke beberapa negara di luar negeri, Ida menjumpai pusat kebudayaan dan kesenian yang begitu maju dan hidup dengan didukung oleh sarana prasarana yang sangat memadai seperti gedung pertunjukkan, galeri seni, teater terbuka, ruang workshop, yang sangat integratif.

“Hal tersebut telah memberikan inspirasi untuk mendirikan pusat kebudayaan di seluruh provinsi di Indonesia sebagai “etalase” seni budaya yang ada di daerah. Setelah melalui pengkajian yang cukup panjang, termasuk dengan para budayawan, maka pada tahun 1978 dengan keluarnya SK Mendikbud RI nomor 0276/O/1978 serta sesuai dengan masterplan Bappenas, saat itu direncanakan akan dibangun Taman Budaya tipe A di 8 Provinsi termasuk Taman Budaya Jabar,” ujarnya.

Menindaklanjuti hal tersebut dan dengan memenuhi ketentuan yang disyaratkan, kata Nunung,  maka Taman Budaya harus berlokasi di Ibu Kota Propinsi, memiliki luas areal empat hektare, ditunjang dengan 30 komponen unit bangunan, serta pengadaan tanah menjadi tanggung jawab daerah setempat. “Setelah persyaratan disepakati dilaksanakan pemilihan tempat dan studi kelayakan maka Taman Budaya Jawa Barat dibangun diarea Bukit Dago Utara /Dago Tea House,” ujarnya.

Di tempat inilah, kata Nunung, yang kemudian dibuat berbagai kegiatan seni dan budaya, tidak hanya dari seluruh daerah di wilayah Provinsi Jabar, tapi juga provinsi lainnya. “Tentu saja ini sebagai langkah untuk melestarikan seni dan budaya dan  memperkenalkannya pada generasi muda,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement