Ahad 26 Apr 2015 05:58 WIB

Arkeolog Gali Peninggalan VOC di Halmahera

Halmahera Utara miliki keindahan laut potensial.
Foto: halmaherautarakab.go.id
Halmahera Utara miliki keindahan laut potensial.

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Tim arkeolog dari Balai Arkeologi Ambon yang dipimpin ahli kolonial, Syahruddin Manyur, akan menelusuri jejak peninggalan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) di pesisir barat Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Penelusuran itu rencananya akan digelar pada 6 Mei 2015 mendatang.

"Kami belum pernah ke sana untuk meninjau seperti apa peninggalan pemerintah Hindia-Belanda yang tersisa, kami ingin melihat seperti apa pola sebarannya, terutama benteng dan loji karena itu menggambarkan fungsi dan peran daerah tersebut pada masa kolonial," kata Syaruddin Mansyur di Ambon, Sabtu (26/4).

Ia mengatakan, berdasarkan laporan yang dibuat oleh Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA), sedikitnya ada lima benteng peninggalan VOC yang berada di kawasan pesisir Barat Halmahera. Tetapi kondisinya saat ini belum diketahui dengan pasti, apakah masih utuh atau telah rusak.

"Kalau berdasarkan data dari PDA ada beberapa benteng yang tersebar di sana, rata-rata berada di bagian pesisir pantai pulau," katanya.

Jika ditilik dari catatan sejarah, kata Syahruddin, Kepulauan Halmahera menyimpan banyak cerita menarik mengenai hubungan politik dan persaingan antara Kesultanan Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo, serta upaya ekspansi VOC untuk menguasai rempah-rempah pada abad ke-16. Meski berada dalam satu kawasan, kepulauan tersebut terbagi ke dalam beberapa wilayah kekuasaan kerajaan yang berbeda-beda, fungsi dan perannya pun berbeda-beda.

Pulau Makian misalnya, ia berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ternate, dan disebut-sebut sebagai daerah penghasil cengkih dengan kualitas terbaik di nusantara, 'cengkih raja'.

Namun, begitu pemerintah Hindia-Belanda memberlakukan kebijakan pemindahan pusat produksi cengkih ke wilayah Kepulauan Lease, Provinsi Maluku, seluruh tanaman cengkih rakyat Makian dibumi hanguskan, dan peran daerah itu dialih fungsikan sebagai titik-titik pengawasan jalur kapal-kapal VOC.

Sejak saat itu, rakyat Makian tidak pernah lagi menanam cengkih. "Kalau berdasarkan data sejarah, sisa struktur loji yang berada di Pulau Makian, tepatnya pesisir pantai Ngosakiaha adalah kantor dan gudang VOC pada 1620-an," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement