Sabtu 25 Apr 2015 16:14 WIB

Ribuan Suku Baduy Jalani Tradisi Seba Baduy

Rep: c81/ Red: Ani Nursalikah
Warga Suku Baduy di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Foto: Republika/Andina
Warga Suku Baduy di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejak Jumat (24/4) sekitar dua ribu suku Baduy Dalam dan Luar melakukan tradisi tahunan Seba Baduy.

 Tradisi Seba Baduy merupakan tradisi dimana suku Baduy memberikan hasil bumi, menyampaikan keluhan dan memberi masukan kepada pimpinan tertinggi di Provinsi Banten yang kini dipimpin Rano Karno.

Para masyarakat Baduy tersebut menyerahkan hasil alamnya dengan berjalan kaki dari Baduy menuju pusat pemerintahan Banten yang berada di Kota Serang sejauh 180 kilometer. Rano Karno sebagai pemimpin tertinggi di Banten, disebut sebagai Abah Gede (Bapak Besar) suku Baduy.

 “Kalau jaman dulu (zaman penjajahan dan kerajaan), Karesidenan Banten kan ada di Serang, makanya kita silaturahmi kesana ketemu pimpinan,” kata Jaro atau Kepala Desa suku Baduy Luar, Daina di Kabupaten Lebak, Sabtu (25/4)

Tahun ini, suku Baduy melaksanakan Seba Gede (besar) yang dilakukan setiap dua tahun sekali. Sedangkan tahun lalu merupakan tradisi Seba Leutik (kecil).

Hasil bumi yang dibawa oleh Suku Baduy berupa beras ketan, beras, pisang, gula aren, sirih, sayuran, dan berbagai macam hasil bumi lainnya. Hasil bumi yang mereka bawa diangkut menggunakan mobil pick up bagi suku Baduy Luar.

Sedangkan untuk Baduy Dalam, mereka membawanya dengan berjalan kaki dari terminal Ciboleger, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak menuju Pendopo Gubernur Banten.

Suku Baduy Dalam mulai meninggalkan perkampungannya semenjak Jumat (24/4) sekitar pukul 05.00 wib. Di tengah perjalanan, tepatnya di Sungai Cigolear, mereka menyucikan diri agar selama perjalanan tak ada aral melintang atau kesulitan.

Tradisi pensucian diri ini bernama prosesi adat Damarwilis. Prosesinya mirip dengan mandi lalu berwudhu dalam agama Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement