REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo disarankan memiliki ukuran dan karakteristik menteri-menterinya yang dianggap berhasil atau tidak. Tujuannya, agar Jokowi memiliki ketepatan dalam mempertimbangkan apakah menterinya perlu diganti atau tidak.
"Karena menurut saya, ada beberapa menteri yang sudah menjalankan agendanya. Tapi ada juga menteri yang tidak bermutu," kata Pengamat politik Universitas Gadjah Mada Arie Sujito saat berbincang dengan pada ROL, Selasa (21/4).
Dalam konteks itu, katanya, ukuran Jokowi menjadi penting untuk menilai apakah menterinya bekerja dengan baik atau tidak. "Ukuran ini juga yang bisa menjadi alasan Jokowi apakah perlu mengganti menteri-menteri tersebut atau tidak," imbuhnya.
Sebelumnya, wacana akan adanya perombakan Kabinet Kerja semakin menguat. Ada empat nama mengemuka yang disebut akan menggantikan menteri lama yang dianggap tidak bisa bekerja dan tidak loyal kepada presiden. Perombakan akan dilakukan bersamaan dengan penggantian pejabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Ahmad Basarah menilai perombakan kabinet di pemerintahan Jokowi-JK memang sulit dihindari. Sebab, kinerja kabinet tidak maksimal.
"Saya menilai salah satu faktor tidak maksimalnya kinerja pemerintahan Jokowi adalah kinerja kabinet yang tidak maksimal maka pilihan reshuffle kabinet memang sulit dihindari," katanya di Jakarta, Senin (20/4).