Rabu 08 Apr 2015 17:15 WIB

BNPT Kesulitan Sadarkan WNI yang Ingin Gabung ISIS

Rep: Reja Irfan Widodo/ Red: Indira Rezkisari
Kepala Kantor Imigrasi (Kakanim) Kelas I Tanjung Perak, Elfinur, menunjukkan salinan passport salah satu warga Surabaya yang hilang di Turki saat jumpa pers di Kantor Imigrasi Kelas I Tanjung Perak jl. Darmo Indah No 21, Surabaya, Jatim, Rabu (11/3).
Foto: Antara/Bima
Kepala Kantor Imigrasi (Kakanim) Kelas I Tanjung Perak, Elfinur, menunjukkan salinan passport salah satu warga Surabaya yang hilang di Turki saat jumpa pers di Kantor Imigrasi Kelas I Tanjung Perak jl. Darmo Indah No 21, Surabaya, Jatim, Rabu (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Saud Usman Nasution, mengakui, pihaknya masih mengalami kesulitan dalam upaya melakukan penyadaran terhadan 12 WNI yang telah dipulangkan dari Turki. Bahkan, menurut Saud, para WNI itu masih bersikeras untuk kembali ke Suriah.

Sebelumnya, Saud mengungkapkan, dalam rangka program deradikalisasi ke-12 WNI tersebut, pihaknya mengundang sejumlah ulama dan tokoh masyarakat. Keterlibatan ulama dan tokoh masyarakat ini diharapkan bisa menghimbau ke-12 WNI tersebut untuk bisa melepas paham-paham radikal tersebut. ''Para ulama dan tokoh masyarakat ini hadir dalam rangka melakukan dialog dan pemahaman kepada mereka,'' kata Saud di kantor Kemenkopolhulam, beberapa waktu lalu.

Saud menambahkan, agar program deradikalisasi itu bisa berjalan optimal, ke-12 WNI itu untuk sementara ditempatkan di Panti Sosial, Bambu Apus, Jakarta Timur. Hingga saat ini, ke-12 WNI itu pun belum bisa kembali ke rumahnya masing-masing dan masih harus menjalani program kontra radikalisasi oleh BNPT.

Namun, Saud mengakui, masih cukup sulit buat pihaknya untuk bisa segera melakukan penyadaran kepada 12 WNI tersebut. Hal ini lantaran masih begitu melekatnya pemahaman soal jihad ISIS di benak mereka. Bahkan, 12 WNI itu masih berharap untuk bisa kembali ke Suriah. ''Mereka masih begitu keras dan merasa benar dengan doktrin mereka. 12 orang ini bahkan ingin kembali ke sana (Suriah),'' kata Saud kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/4).

Bahkan, pemahaman takfiri (mengkafir-kafirkan orang) sudah begitu kuat tertanam dalam benak 12 orang tersebut. Saud pun memberi contoh, anak kecil yang baru berusia enam tahun sudah berani dan bisa mengkafir-kafirkan salah satu petugas di Panti Sosial tersebut.

Untuk itu, BNPT pun akan terus mencoba untuk berdialog dan berkomunikasi dengan mereka. Kehadiran ulama dan tokoh masyarakat masih dianggap sebagai salah satu langkah strategis untuk bisa menyadarkan atau meninggalkan paham ekstrim yang mereka anut.

Sebelumnya, 12 WNI telah dipulangkan dari Turki usai kedapatan berusaha melintasi perbatasan Turki-Suriah pada Januari silam. Usaha itu mereka lakukan dengan alasan untuk bergabung dengan sanak famili mereka yang diduga kuat telah bergabung bersama ISIS. Usai deportasi yang dilakukan otoritas Turki, ke-12 WNI itu dijemput oleh Densus 88 dan sempat dibawa ke Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, sebelum akhirnya dipindahkan ke Panti Sosial, Bampu Apus, Jakarta Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement