Jumat 20 Mar 2015 17:41 WIB

Presiden Jokowi akan Temui 1.000 Pengusaha Jepang

Rep: c07/ Red: Angga Indrawan
Presiden Joko Widodo sebelum memimpin rapat dengan Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (16/2).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Presiden Joko Widodo sebelum memimpin rapat dengan Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Arrmanatha Nasir mengatakan Presiden Joko Widodo akan bertemu dengan Kaisar Jepang dan para pengusaha di Jepang. Agenda itu sudah dibuat dalam rencana kunjungan kerja ke Jepang dan Tiongkok dari (22/3) sampai (28/3).

"Presiden akan bicara di bisnis forum dengan 1.000 pengusaha dari Jepang," kata Arrmanatha di Kantor Kemenlu, Jumat (20/3).

Pertemuan tersebut, lanjut dia, akan melibatkan beberapa CEO di Jepang yang memilili kerja sama dengan perusahaan di Indonesia. Diharapkan nantinya akan ada kerja sama baru terkait kerja sama investasi, kerja sama pertahanan dan kerja sama maritim serta operasi penjaga perdamaian.

"Nantinya ada kesepakatan membangun 24 pelabuhan, kesepakatan tol laut, dan tentunya lebih banyak lagi seperti infrastruktur jalan, energi, kami tidak bisa sampaikan semuanya," jelas Tata.

Jepang telah mempererat kemitraan dengan Filipina dan Vietnam, dua negara yang terlibat sengketa maritim dengan China di Laut China Selatan.

Jepang memasok kapal-kapal patroli maritim bagi Vietnam dan Filipina, serta akan menggelar latihan perang laut pertamanya dengan Filipina dalam beberapa bulan mendatang. Bagi Jepang, hubungan erat dengan Indonesia akan membuat industri pertahanan memiliki kesempatan lebih besar, dibandingkan dengan perusahaan pembuat peralatan militer Korea Selatan.

Setelah Jepang, Joko Widodo akan berkunjung ke China. Indonesia dan China telah memiliki hubungan militer lebih maju, dengan Jakarta membeli rudal buatan China dan peralatan militer lainnya.

"Presiden akan bertemu Presiden Xin Ji Ping dan PM China," jelas Tata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement