REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta pemerintah daerah untuk memperbaiki tanggul sungai Cimanuk yang jebol. Hal itu dimaksudkan agar jebolnya tanggul yang menyebabkan banjir tidak terulang lagi.
‘’Saya perintahkan agar sebelum masuk musim penghujan (tahun) depan harus sudah selesai,’’ kata Jokowi, usai menggelar rapat khusus mengatasi banjir di rumah salah seorang warga di Desa Kedokan Gabus, Kecamatan Gabuswetan, Kabupaten Indramayu, Rabu (18/3).
Rapat itu dilakukan Jokowi usai menggelar panen musim rendeng 2014/2015 sekaligus pencanangan musim tanam 2015 di desa tersebut. Rapat dilakukan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, dan Bupati Indramayu, Anna Sophanah.
Jokowi menyebutkan, di Kabupaten Indramayu terdapat sembilan tanggul yang jebol akibat meluapnya sungai Cimanuk. Menurutnya, semua tanggul memang butuh pemeliharaan supaya bisa kuat menahan air dengan debitnya yang besar.
Tak hanya mengeglar rapat di rumah warga, Jokowi juga memberikan buku dan baju kepada ribuan warga yang menantinya di sepanjang perjalanan. Warga pun saling berebut buku dan jabat tangan dengan orang nomor satu di Indonesia itu.
Sebelumnya, Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Mudjiadi menjelaskan, terdapat sembilan tanggul jebol yang menyebabkan sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu tergenang banjir. Dia pun menetapkan masa tanggap darurat selama dua sampai tiga minggu untuk mengatasi masalah tersebut.
‘’Sembilan tanggul itu jebol karena debit air melebihi kapasitas tanggul,’’ ujar Mudjiadi, saat ditemui di lokasi banjir di Desa Pilangsari, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Selasa (17/3).
Mudjiadi menyebutkan, sembilan tanggul itu tersebar di Desa Pilangsari, Kecamatan Jatibarang sebanyak satu titik, Kecamatan Kertasemaya satu titik, Desa Bodas Kecamatan Tukdana tiga titik, Desa Rancajawat Kecamatan Tukdana tiga titik dan Desa Gadel Kecamatan Tukdana satu titik.
‘’Tapi yang paling parah di Desa Pilangsari karena dampaknya membuat urat perekonomian nasional (jalur pantura) terganggu,’’ tandas Mudjiadi. Di Desa Pilangsari, banjir juga merendam ribuan rumah warga dengan ketinggian dua sampai tiga meter.