REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Sejumlah pengendara di Kota Bekasi, Jawa Barat, menilai kenaikan tarif Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium yang berlaku sejak 1 Maret 2015, minim sosialisasi.
"Saya saja baru tahun harganya naik hari ini, karena pas kebetulan jadwal isi bensin untuk berangkat kerja," kata Chandra Sanjaya (39) di Bekasi, Senin (2/3).
Menurutnya, kenaikan harga sebesar Rp 200 per liter memang tidak terlalu memberatkan. Namun, tetap harus disosialisasikan secara menyeluruh kepada masyarakat.
"Kalau saya belinya paling banyak dua hingga tiga liter, tapi yang kasihan kalau belinya dalam jumlah banyak," katanya.
Menurut karyawan swasta di Jakarta itu, kenaikan tarif tersebut dianggap hal yang wajar selama pemerintah bisa menjaga pasokan BBM tetap stabil. "Kalau pasokannya stabil tidak masalah. Yang kita khawatirkan kalau stoknya langka," ujar dia.
Hal serupa diungkapkan pengendara lainnya Jaenudin Ishak (30). "Biasanya setiap kenaikan BBM pasti ada pengumuman resminya oleh presiden, tapi kok yang sekarang saya belum lihat," katanya.
Menurut warga Perumnas III, Kecamatan Bekasi Timur itu, informasi kenaikan harga BBM diketahuinya dari papan pengumuman di SPBU tempatnya mengisi premium. Sebelumnya, harga BBM jenis premium naik Rp 200 per liter menjadi Rp 6.900 akibat harga indeks pasar minyak premium mengalami kenaikan pada kisaran 55-70 dolar AS per barrel.
Harga premium untuk luar Jawa, Madura dan Bali yang awalnya Rp6.600 per liter kini menjadi Rp 6.800 per liter. Sedangkan harga di Pulau Jawa, Madura, dan Bali yang tadinya Rp 6.700 per liter menjadi Rp 6.900 per liter. Sementara harga BBM jenis minyak tanah dan solar bersubsidi diputuskan tetap di harga masing-masing yakni Rp 2.500 dan Rp 6.400 per liter.