REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Joko Widodo menerima Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) di Istana Bogor, Jawa Barat pada Kamis (26/2) siang WIB. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu, Presiden menerima laporan mengenai rencana penyelenggaran Muktamar NU pada Agustus mendatang.
"Presiden sangat menyambut baik dan mendukung dan mendoakan muktamar sukses dan berhasil, keputusan-keputusannya bermanfaat untuk bangsa dan umat Islam," kata Ketua Umum PBNU Said Agil Siraj kepada wartawan usai diterima Presiden.
Said Agil Siraj mengatakan Presiden selain menyambut baik juga mengatakan banyak hal yang bisa dibicarakan mengenai kebangsaan dan juga kemajuan umat.
"Harapan beliau NU bisa menjadi benteng Islam yang moderat, Islam yang ramah dan santun," tuturnya.
Said Agil menjelaskan Muktamar akan dilangsungkan di empat pesantren masing-masing Tebu Ireng, Tambak Beras, Denanyar dan Tejoso.
Dipaparkannya, target dari kegiatan tersebut adalah mengembalikan dan mengokohkan kembali peradaban Islam sebagai pondasi keberlangsungan NKRI. "Jadi Islam yang berbudaya yang beradab," tukasnya.
Menurutnya, juga ada pandangan mengenai gerakan radikal, NU mengatakan pihaknya sangat anti hal tersebut. "Kita tegas dari dulu bahwa NU tegas antiradikalisme. Siapapun yang menggunakan kekerasan atas nama agama Islam salah," tegas Said Aqil.
Menurut ketua Umum PBNU, sejumlah negara Islam meminta pada Presiden agar Indonesia berada di garis depan dalam melawan ISIS dan melawan radikalisme. Said Agil didampingi oleh Slamet Effendy Jusuf dan juga Wakil Ketua Umum PBNU As'ad Said Ali.