Jumat 13 Feb 2015 15:16 WIB

Muhammadiyah: Kisruh KPK-Polri Ulah Koruptor Kelas Hiu

Rep: Yulianingsih/ Red: Karta Raharja Ucu
Ketua KPK Abraham Samad menunjukan foto syur hasil olahan mirip dirinya di gedung KPK, Jakarta, Senin (2/2).
Foto: Republika/Wihdan H
Ketua KPK Abraham Samad menunjukan foto syur hasil olahan mirip dirinya di gedung KPK, Jakarta, Senin (2/2).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, kegaduhan nasional yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini akibat ulah para koruptor kelas hiu.

Koruptor kelas hiu ini menurutnya telah berkonspirasi dengan seluruh struktur dan lingkungan pemerintahan, partai politik, maupun masyarakat. Sehingga terjadi konflik yang menjadikan kegaduhan nasional.

"Konspirasi yang dibangun para koruptor kelas hiu ini yang sebenarnya memicu konflik dan terjadilah kegaduhan nasional seperti sekarang," ujarnya saat memberikan kuliah umum dan Yudisium Pascasarjana S2 dan S3 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (13/2).

Kuliah umum bertema 'Etika Profesi Di Tengah Globalisasi' ini diikuti 78 calon wisudawan Pascasarjana UMY. Dikatakan Haedar, kontroversi pengangkatan Komjen Pol Budi Gunawan sebagai calon kapolri yang berstatus tersangka, telah menjadikan 'konflik' berkepanjangan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.

Kisruh yang terus meluas ini, menurutnya tidak lepas dari campur tangan koruptor kelas hiu yang telah lupa akan etik, moral, dan kebenaran.  Etika yang sejatinya berfungsi sebagai rujukan norma dan nilai serta menjadi sistem kontrol dalam berperilaku, telah dipertaruhkan dalam kekisruhan nasional tersebut.

Haedar mengatakan, para koruptor ini sudah tidak lagi mengindahkan etika,  dan tidak bisa lagi membedakan mana tindakan yang baik dan pantas dengan tindakan yang buruk dan tidak pantas. ​

"Nilai benar-salah, baik-buruk, dan pantas atau tidak pantas tidak menjadi pertimbangan yang kuat dan cenderung ditiadakan dalam bertindak sekarang ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement