Kamis 12 Feb 2015 17:51 WIB
Kontroversi Valentine

Gubernur NTB: Valentine tak Sesuai Nilai-Nilai Budaya Asli Indonesia

Gubernur NTB Zainul Majdi
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Gubernur NTB Zainul Majdi

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM --  Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Muhammad Zainul Majdi menilai peringatan hari valentine yang selalu dirayakan setiap 14 Pebruari tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya asli Indonesia. "Tidak semua kebudayaan dari luar itu baik untuk ditiru dan terapkan di negara kita, karena sejatinya masyarakat Indonesia miliki kebudayaan tersendiri dan ini harus disadari," kata Zainul Majdi di Mataram, Kamis (12/2).

Dia mengatakan, jika dilihat, budaya valentine yang berasal dari Barat sangat tidak sesuai dengan kepribadian orang Indonesia. Karena, tidak semua kebudayaan dari luar itu baik untuk ditiru masyarakat Indonesia. Terlebih lagi, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.

"Kita harus menyadari dan tidak boleh lupa bahwa peringatan hari valentine itu tidak pernah ada di dalam kepribadian bangsa, apa lagi agama, atau pun identitas kebudayaan yang diyakini masyarakat Indonesia," katanya.

Oleh sebab itu, menurutnya, perayaan hari valentine tidak akan memberikan manfaat apapun bagi masyarakat Indonesia. "Dari latar belakangnya saja hari valentine ini bukan sesuatu yang menciptakan optimisme, mengajarkan tentang percaya diri, menciptakan semangat dan keberanian. Tetapi justru mengajarkan kita kecengengan, keputusasaan, keburukan, dan mengajarkan tradisi yang tidak baik," jelasnya.

Untuk itu, menurut gubernur, kasih sayang tidak harus dirayakan di tanggal tertentu. Karena, perasaan kasih sayang itu bisa ditunjukkan setiap hari dan setiap saat, terlebih untuk keluarga. "Kasih sayang itu mestinya setiap hari dan setiap saat sudah harus tumbuh di dalam diri kita, baik kepada orang tua, guru teman, dan keluarga. Tentunya dengan budaya dan cara yang baik," katanya.

Untuk itu, gubernur berharap sudah saatnya masyarakat NTB dan Indonesia secara keseluruhan untuk meninggalkan hal-hal yang tidak baik yang sifatnya hedonistik serta dan tidak mengikuti ajaran yang akan merusak nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.

"Jadi sudah saatnya peringatan semacam ini tidak ada tempatnya di NTB dan di Indonesia. Untuk itu mari kita semua bisa memberikan edukasi yang baik dari hanya sekadar peringatan semacam itu," tegas Zainul Majdi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement