Selasa 10 Feb 2015 22:38 WIB
Kontroversi Valentine

Pengamat: Media Vulgar Informasikan Perayaan Valentine yang Negatif

Rep: C09/ Red: Indah Wulandari
Budaya Valentine bukan budaya Islam (ilustrasi)
Budaya Valentine bukan budaya Islam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gembar gembor perayaan hari kasih sayang atau hari Valentine via media massa dinilai menyebarkan perilaku vulgar di kalangan remaja.

“Saat ini media cenderung vulgar memberikan informasi yang mengarah kepada perilaku negatif,” nilai oleh pengamat media Universitas Indonesia Irwansyah, Selasa (10/2).

Pasalnya, meski Valentine dipandang sebagai subkultur yang berpotensi merusak generasi bangsa, namun disebarluaskan tanpa batas atas dasar kepentingan pemodal dan pasar.

Di sisi lain, remaja menjadi generasi yang interaksi sosialnya paling terkena dampak media. Akibatnya, seorang remaja akan merasa kurang pergaulan atau outgroup jika tidak ikut merayakan hal-hal semacam Valentine.

“Informasi berbagi kondom saat Valentine, distribusi buku mengajak pacaran, merupakan upaya mendegradasi kemampuan sadar terhadap nilai-nilai kesantunan generasi muda yang berkarakter kuat,” kata dia.

Ia menyatakan, media seharusnya bersifat menginformasikan tanpa ada keberimbangan dua sisi yg berbeda. Dengan kemajuan teknologi komunikasi seperti saat ini, media dapat melakukan edukasi dengan memberikan contoh-contoh positif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement