Senin 09 Feb 2015 17:04 WIB
Kontroversi \Valentine

KAMMI: Banyak Efek Negatif dari Perayaan Hari Valentine

Rep: c09/ Red: Agung Sasongko
Budaya Valentine bukan budaya Islam (ilustrasi)
Budaya Valentine bukan budaya Islam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan hari valentine yang jatuh setiap 14 Februari disinyalir akan mempengaruhi kebiasaan seks bebas dikalangan remaja. Valentine dengan segala bentuk perayaannya selalu identik dengan hal yang jauh dari norma agama, seperti pesta, minuman keras, dan seks bebas.

 

Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua PP Bidang Perempuan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Irma Budiarti. Menurut Irma, valentine yang dirayakan secara tahunan berpotensi menyebarkan penyakit akibat seks bebas, seperti AIDS.

Setiap tahun, kata dia, tidak menutup kemungkinan setiap orang melakukan seks bebas dengan pasangan yang berbeda-beda. “Dari ganti-ganti pasangan ini tau sendiri apa yang bisa terjadi akibatnya,” ujar Irma.

Karena itu, lanjutnya, perayaan hari valentine perlu perhatian khusus karena sering dijadikan sebagai ajang melakukan seks bebas. Meskipun jika remaja tidak pandai menyeleksi mana hal yang baik dan mana yang buruk, segala jenis adopsi budaya barat akan berdampak sangat merugikan.

“Efek negatif sebenarnya tidak hanya didapat dari valentine, tapi juga dari hampir semua budaya barat lain. Namun efek negatif dari valentine lebih banyak terjadi, terutama freesex,” jelasnya, Senin (9/2).

Ia menilai, valentine merupakan momen yang ditunggu remaja-remaja mayoritas. Mereka bersiap menyambut 14 Februari dengan berbagai cara, di antaranya dengan memberi cokelat, buket bunga, kadang sampai ada yang melakukan seks bebas.

 

Hal itu seolah didukung dengan banyaknya pembagian kondom gratis oleh beberapa organisasi, menjelang valentine. Pembagian kondom dianggap sebagai aksi dukungan terhadap kelegalan seks bebas di kalangan remaja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement