Kamis 05 Feb 2015 16:24 WIB
Kontroversi Valentine

Kata Sosiolog Tantang Valentine Day di Indonesia

Rep: C09/ Red: Ilham
Hari Valentine
Hari Valentine

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Musni Umar, angkat bicara soal peringatan hari kasih sayang atau hari valentine yang kini menjadi salah satu perayaan budaya di Indonesia. Ia melihat tanggal 14 Februari itu tidak lebih dari bentuk kebebasan berbudaya yang diadopsi dari budaya barat, tanpa tahu dampak dari budaya tersebut.

Musni prihatin dengan kebebasan berbudaya yang terjadi di Indonesia. Kalangan remajanya berada di dalam situasi yang serba bebas, tanpa aturan main, dan  tidak sesuai dengan budaya ketimuran.

“Pertanyaannya, apakah budaya valentine sesuai dengan budaya kita?” kata Musni saat dihubungi ROL, Kamis (5/2).

Menurut Musni, masyarakat harus melihat lagi apakah perayaan valentine sesuai dengan masyarakat Indonesia yang berketuhanan yang maha esa. Jika tidak, maka masyarakat harus bersama-sama saling mengingatkan atau minimal membatasi.

“Tak hanya budaya, kita ini bebas dalam bidang politik, bebas dalam bidang ekonomi, dan itu tidak ada aturan main,” ujarnya.

Musni mengatakan, jika pun ada aturan main dalam budaya adopsi itu, masyarakat belum menghayati dan mengamalkannya. Saat ini, masyarakat Indonesia, khususnya remaja benar-benar telah mengadopsi budaya asing yang sesungguhnya. Padahal, itu sangat merugikan.

“Sekali lagi, tidak boleh segala sesuatu yang datang dari barat itu dianggap budaya oleh Bangsa Indonesia,” tegas Musni.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement