Kamis 05 Feb 2015 15:11 WIB
Kontroversi Valentine

Soal Hari Kasih Sayang, Sosiolog: Budaya Asing Harus Diseleksi dan Diawasi

Rep: c09/ Red: Agung Sasongko
Budaya Valentine bukan budaya Islam (ilustrasi)
Budaya Valentine bukan budaya Islam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Musni Umar, menyatakan harus ada seleksi terhadap budaya asing agar tidak serta merta masuk dan diadopsi menjadi budaya Indonesia. Seleksi juga dilakukan pada budaya memperingati hari kasih sayang atau hari valentine yang sering dilakukan oleh remaja Indonesia.

“Jadi budaya barat boleh saja masuk ke sini, tapi itu harus diseleksi dan diawasi,” jelasnya, saat dihubungi ROL, Kamis (5/2).

Menurutnya, seleksi budaya bisa berupa undang-undang, atau berupa modal sosial yang ada di masyarakat. Ia mengaku, dalam menyikapi budaya valentine, masyarakat Indonesia sebagai masyarakat madani harus berkampanye saling mengingatkan pada generasi muda pada khususnya.

“Kita punya society system yang berbeda dengan di barat,” kata dia.

Indonesia, tambah dia, harus selalu berada di dalam situasi berkebudayaan. Berkebudayaan di Indonesia itu bukan berarti harus tertutup dengan budaya asing, tetapi harus ada penyaringan.

Ia menilai, jika peringatan hari valentine tidak sesuai dengan budaya Indonesia, sudah seharusnya remaja Indonesia tidak melakukan hal itu. Para remaja juga harus cerdas dalam mencermati budaya barat mana yang harus diterima dan mana yang tidak.

“Hanya budaya yang sesuai dengan masyarakat kita yang beragama, yang boleh kita amalkan,” ujar Musni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement