REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mantan Hakim Mahkamah Konstitusi, Ahmad Sodikin mengatakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mempunyai banyak musuh. Sehingga ia merasa tidak heran dengan kisruh antara KPK dan Polri saat ini.
"Musuhnya KPK banyak dari daerah saja 300 daerah, DPR kita aja dewan yang terkorup," kata Sodiki dalam acara diskusi dan pernyataan sikap Koalisi Masyarakat Anti Korupsi Malang (KOMAK) di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Senin (2/2).
Sodiki mengatakan konflik ini terjadi karena peran KPK prespektif lebih luas ditakuti. Sodiki mengatakan integritas KPK saat ini menjadi acuan bersama. Itulah sebabnya mengapa simpati rakyat begitu besar kepada KPK. Ia mengatakan pernyataan Menpolhukan Tedjo mengatakan rakyat tidak jelas karena membela KPK sebagai sebuah penghinaan.
Ia mengatakan rakyat sekarang bukan rakyat pada zama Orde Baru yang dapat ditakut-takuti. Rakyat sekarang sadar dengan cerdas bahwa korupsi bukan hanya tindakan kriminal. Namun juga telah merugikan rakyat diberbagai aspek
"Rakyat sekarang bukan rakyat kemarin bisa ditakut-takuti. Rakyat sekarang rakyat yang sadar. Cerdas. Rakyat sekarang yang tahu bahwa korupsi bukan hanya kriminal," ujarnya.
Ia pun mengatakan perlawanan terhadap KPK sudah menjadi cerita lama. Sodiki menceritakan ketika Mahkamah Konstitusi memanggil KPK untuk membuka percakapan Anggodo. Kepolisian tersinggung karena sikap MK tersebut. Seluruh petugas kepolisian yang biasa berjaga di MK ditarik oleh Polri.
Sodiki mengatakan saat itu sebagai Wakil Hakim MK cukup khawatir dengan keamanan Gedung MK. Ia akhirnya meminta Kopassus untuk menjaga gedung MK.
"Jadi saat itu gedung MK dijaga Kopassus diam-diam tapi tidak terjadi apa-apa," ujarnya.