Kamis 29 Jan 2015 10:41 WIB

Perencanaan Tata Ruang Indonesia Butuh Citra Satelit Resolusi TInggi

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Indah Wulandari
 Petugas BMKG mengamati citra satelit di Ruang Operasional Metereologi, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (5/11).     (Adhi Wicaksono)
Petugas BMKG mengamati citra satelit di Ruang Operasional Metereologi, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (5/11). (Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) memerlukan citra satelit dengan resolusi spasial hingga di bawah 60 centimeter agar dapat menghasilkan data yang lebih detail. Lantaran perencanaan wilayah menyeluruh sering menjadi masalah di Indonesia.

"Citra satelit resolusi sangat tinggi ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan identifikasi obyek. Selain itu juga digunakan untuk pemetaan pada skala 1:2500,"ujar Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Jasyanto, Kamis (29/1).

Ia mengatakan, Lapan menyerahkan data penginderaan jauh resolusi tinggi dan mosaik data penginderaan jauh resolusi menengah wilayah Indonesia kepada sejumlah instansi pemerintah.

Di antaranya Badan Informasi dan Geospasial, Badan Pengelola REDD+, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Keungan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Badan Pusat Statistik.

Diharapkan, ujar  Jasyanto, para pemangku kebijakan tadi dapat membuat rencana tata ruang yang menyeluruh.

"Citra satelit beresolusi merupakan solusinya,"ujarnya, Rabu, (28/1).

Citra satelit menjadi komponen penting dalam penyusunan RDTR. Sebab citra akan menghasilkan peta pertanahan, tata batas kawasan hutan, lahan baku sawah, perencanaan lahan pertanian, pemetaan irigasi, deteksi dan pemantauan daerah pertambangan, juga pembuatan blok sensus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement