REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah melakukan eksekusi para terpidana hukuman mati secara bertahap. Ustaz Yusuf Mansur pun memiliki kisah yang memilukan terkait salah satu terpidana mati bernama Rani. Ia menceritakannya melalui akun Twitter pribadinya, @Yusuf_Mansur dengan menggunakan tagar #Rani.
"Kehidupan seseorang & akhir kehidupannya, ga ada yg bs menebak & ketebak. Airmata ini menetes, mengetahui kisah Rani," kata Ustaz Yusuf.
Ustaz Yusuf mengaku sesak dan menyesal hingga saat ini karena tidak dapat menghadiri acara pada 13 Desember 2014 dan tidak dapat bertemu dengan Rani. Saat itu, yang dapat menemui Rani adalah isterinya dan beberapa ustaz.
Saat itu Rani dan sejumlah terpidana dari Lapas Tangerang diizinkan Kalapas untuk silaturahmi dan mempertunjukkan kesenian Rampak Beduk di Pesantren Daarul Quran (DQ). Keesokan harinya, isterinya bercerita tentang semangat Rani dan teman-temannya untuk menampilkan pertunjukkan dengan baik.
"'Cantik2. Ceria2. Ga keliatan kalo beliau2 itu penghuni LP & Slh 1nya, kena hukuman mati,' cerita istri saya saat itu," tuturnya. Ustaz Yusuf pun melihat foto-foto dan rekaman pertunjukan kesenian Rani dan teman-temannya itu.
Menurutnya Rani hanya kurir dan korban yang sebenarnya. Dari cerita panjang tentang kasusnya, lanjutnya, Rani bukanlah bandar. Tapi apapun itu, Rani telah melewatinya dengan bertaubat. Saat dieksekusi, Rani sedang dalam puasanya.
Rani juga kerap melewati malam-malamnya dengan shalat malam. Hari-harinya juga tidak dilewatkan dengan shalat fardhu. KH Hasan Makarim dan kawan-kawan membimbing Rani di masa-masa akhirnya sebelum dieksekusi.
(Kelanjutannya baca di sini)