REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Dulan terkahir 2014, atau pascakenaikan BBM, inflasi di Sulawesi Selatan (Sulsel) meningkat signifikan, bahkan melebihi inflasi nasional. Dari angka 4,68 persen meningkat menjadi 8,61 persen, padahal nasional saja hanya menyentuh 8,36 persen.
Meski demikian, Bank Indonesia Sulsel meyakini pada 2015 ini, inflasi di Sulsel akan kembali menurun. Bahkan penurunan ini bisa mencapai 4 persen.
"Ini akan menurun apabila tidak ada kebijakan pemerintah pusat/daerah yang dapat mempengaruhi kenaikan harga komoditas strategis secara signifikan," ujar Kepala BI Sulsel Mokhammad Dadi Aryadi dalam rilisnya, Rabu (21/1).
Dia melanjutkan, penanganan inflasi di Sulsel akan berjalan baik jika setiap Kab/kota bisa bekerja sama untuk menekan inflasi, dengan menjaga kestabilan harga barang dan jasa secara bersamaan. Salah satu cara adalah menjaga distibusi pangan di setiap kota.
Selain itu, BI Sulsel juga memprediksi inflasi administered prices akan menurun hingga akhir 2015 seiring hilangnya dampak kenaikan BBM bersubsidi.
Sehingga komoditas BBM, TDL, LPG, rokok, dan berbagai moda transportasi lain akan menurun. Juga komoditas pangan seperti bawang, cabai, tomat, daging dan kebutuhan pangan lain akan ikut turun.
Sementara inflasi inti diperkirakan cenderang stabil dan bergerak tidak signifikan karen ekspetasi yang diupayakan dijangkar pada tingkat wajar serta faktor fundamental lainnya relatif terjaga seperti, emas perhiasan, bahan bangunan, perumahan, hingga gula pasir.