REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kenaikan harga Liquified Petroleum Gas (LPG) 12 kilogram berdampak pada usaha kecil di Tasikmalaya. Pengusaha pun memilih beralih menggunakan LPG 3 kilogram yang disubsidi pemerintah untuk menyelamatkan usahanya dari kerugian.
Pemilik usaha kue cantik di Kelurahan Sukarindik, Kecamatan Indihiang, Entet Nurhaeti (62 tahun) mengaku sudah tiga bulan menggunakan gas yang juga dikenal dengan sebutan gas melon itu. "Karena semua bahan baku naik termasuk gas jadi harus beralih pakai gas tiga kilogram," ujar Entet, Selasa (6/1).
Menurut Entet yang sudah bergelut dalam usaha pembuatan kue sejak 1982, keuntungan yang ia terima dengan menggunakan LPG 12 kg tipis. Usaha miliknya beromset Rp 36 juta per bulan. Untuk produksi sehari-hari, Entet menghabiskan tiga tabung gas melon dengan biaya sekitar Rp 57 ribu.
Jika menggunakan LPG 12 kg, ia harus menghabiskan satu tabung. Saat ini harga LPG 12 kilogram di pasaran sebesar Rp 138 ribu. "Kalau pakai gas besar (LPG 12 kg) biaya produksi jauh lebih mahal," ujar Entet.
Entet mengaku cukup prihatin dengan nasib karyawan yang ia miliki. Menurut Entet, jika ia tidak mengakali biaya produksi, nasib karyawan yang menggantungkan hidup dari usaha tersebut bisa terancam. "Ya mudah-mudahan tidak sampai gulung tikar. Saya juga sudah lama usaha ini," ujar Entet.
Mayoritas karyawan Entet merupakan warga sekitar. Jumlah karyawan berkisar 20 hingga 30 orang. Pada momen tertentu seperti Ramadan, permintaan kue meningkat sehingga membutuhkan karyawan lebih banyak.
Entet berharap pemerintah bisa memerhatikan nasib pengusaha kecil seperti dirinya. "Ya mudah-mudahan ada bantuan untuk usaha-usaha seperti ini," ujar Entet.